Selasa, 26 Juni 2018

GERAKAN PEMUDA HIJRAH DALAM MERAMAIKAN MESJID TSM


Setiap hari rabu menjelang magrib masjid Agung TSM (trans studio mal) yang berlokasi di jalan gatot subroto sangat ramai dan padat, masjid yang terdiri dari 2 lantai ditambah ballroom yang sangat luas sudah dipenuhi oleh para jamaah dari berbagai daerah untuk mengikuti kajian rutin yang disampaikan oleh seorang ustadz kelahiran aceh yang bernama ustadz hanan attaqi. Para jamaah yang didominasi oleh kalangan muda-mudi bandung ini sangat antusias untuk mengikuti kajian rutinan walaupun mereka harus menempuh jarak yang jauh dari lokasi asal mereka bahkan dalam kondisi hujan pun kajian tersebut tak pernah kehilangan jamaahnya. Mereka rela hujan hujannan untuk mendengarkan ceramah dari seorang ustad hanan attaqi yang merupakan founder dari pemuda hijrah.

SHIFT, gerakan pemuda hijrah adalah wadah bagi anak-anak muda yang berhijrah, mengajaknya untuk bisa meramaikan masjid  dan lebih mendekatkan diri kepada Alloh tanpa menghilangkan eksistensi habitat kaum muda yang masih suka main namun memberikan banyak manfaat, banyak pahala dan sedikit dosa. Kajian seperti ini lebih mirip sebuah komunitas anak muda yang berkumpul bersama sambil mendapatkan pengetahuan-pengetahuan tentang islam. Dengan slogan AYO KE MASJID memiliki filosofis yang sangat menarik untuk dijadikan persuasif bagi anak muda, bahwa masjid bukan tempat yang hanya di pakai oleh sesepuh kiyai, orang tua, dan orang yang alim. Dakwah dengan cara yang lain dari yang lain dan kreatif  dengan metode ceramah yang disampaikan Ustadz Hanan ini sangat unik dan ala anak muda, dengan pengemasan materi yang memperlihatkan  bahwa belajar islam itu tidak kaku dan cocok untuk anak muda, untuk judul ceramah yang diambilnya pun gaul dengan Bahasa anak muda seperti berawal dari hati, nekad or faith, tawakal total, derita jomblo, why, sharing happiness dan masih banyak lagi judul kajian yang keren dan menarik lainnya.
Gerakkan pemuda hijrah ini patut di contoh oleh para pemuda lainnya, mengingat masih banyaknya para pemuda yang hidup hedonis, kehadiran pemuda hijrah ini tentunya menjadi obat manis yang menyentuh rohani bagi pemuda bandung.


         

Perlukah kuliah?


Assalamualaikum warrahmatullohi wabarakatuh…
Pada kesempatan ini saya akan mencoba menuliskan bagaimana tanggapan dari teman-teman saya yang lebih mementingkan lanjut kuliah selepas keluar sekolah menengah atas daripada cari kerjaan.
“cewek berpendidikan tinggi itu lebih berkualitas, calon pendidik anak-anak yang terdidik kalaupun akhirnya jadi IRT. Zaman sekarang pendidikan terendah S1, masalah biaya banyak beasiswa dimana-mana asalkan kita bisa memanfaatkannya. Kalau mau uang tambahan bisa jadi guru les atau kerja part time. Melihat teman lain yang sudah kerja dan dapat penghasilan sendiri memang terbesit rasa iri, tapi saya yakin dengan ilmu yang didapat dari perkuliahan saya bisa berpenghasilan lebih dari pada teman-teman saya yang sekarang. Saya sadar body, kalau saya kerja pake tenaga badan saya gak akan kuat. Saya juga pengen cari cowok yang berkualitas, baik dari segi iman, moral, pendidikan dan pekerjaan. makannya itu, saya juga ingin berpendidikan tinggi dan semoga bisa berkarir ditempat yang bagus “ (mahasiswa UMM_Mila).

“sebenarnya saya juga gak mau ngerepotin orang tua, kadang saya juga kepikiran buat kerja aja biar bisa ngasih balik ke orang tua tapi da maunya orang tua saya harus kuliah. Mereka bilang sekolah dulu yang bener, biar gak kaya mereka, biar jadi lebih dari mereka. Sekarang mah bersyukur aja sama apa yang Allah kasih, mungkin kata Allah teh disuruh kuliah dulu baru dapat kerja”. (mahasiswa UMJ_Ismi)

“jika kita melihat dari sisi lain, mungkin saya merasa iri melihat teman yang lain udah bisa mencari uang sendiri sedangkan saya masih seperti anak SMA yang masih tetap minta ke orang tua. Tapi, disisi lain saya merasa bangga karena dengan bertambahnya ilmu mungkin suatu saat nanti saya bisa lebih baik dari mereka yang tidak sekolah”. (mahasiswa IAIC_Maya)

“kuliahkan buat masa depan juga, masa depan yang lebih baik dan mapan. Bukan hanya dari segi materi saja, tetapi menuju pedewasaan secara moralpun akan lebih berkembang dengan baik. Memang, kuliah itu membutuhkan biaya yang tidak sedikit tapi kan banyak beasiswa kalo kita rajin dan aktif. Kalo emang gak mau nyusahin orang tua bisa kok kuliah sambil kerja, insyaallah bisa ngebantu meringankan beban orangtua dan cita-cita juga bisa kecapai pula….banyak jalan menuju roma kok. Memang sih melihat teman-teman yang lain sudah pada kerja ada rasa iri dan merasa salut saja mereka hebat”. (mahasiswa universitas samarinda_firda)

“jika diberikan pilihan antara kuliah dan kerja mending saya pilih kuliah. Karena, yang saya rasakan terutama selagi orang tua mampu membiayai oke lah saya kuliah asalkan saya tidak mengecewakan orang tua. Memang saya merasa kasian dengan biaya yang tidak sedikit, tapi saya yakin suatu saat nanti bakal saya buktikan, insyaallah jika Allah menghendaki saya bisa membahagiakan orang tua bukan hanya tentang materi tapi sikap dan akhlak yang baik yang membuat mereka bahagia dan bangga”. (mahasiswa STIE_Rina)

Demikian pendapat dari teman-teman saya mengapa mereka memilih kuliah daripada langsung cari kerja. Sebenarnya kawan, tidak ada yang salah juga bila kita lebih memilih kerja dulu toh sekarang ini banyak kok universitas, kampus dan perguruan tinggi yang membuka kelas karyawan, kerja sambil kuliah. Jadi, buat ade-ade yang baru lulus SMA/Sederat tak perlu galau antara lanjut kuliah atau kerja dulu, atau mau dua-duanya sekaligus it’s oke! Pokoknya ikuti kata hati aja.

Jumat, 13 Januari 2017

RESUME PRESENTASI ALL TEAM

NAMA : RIZA NUR AZIZAH
NPM    : C1021511RB4008
TUGAS SOSIOLOGI KOMUNIKASI

RESUME TUGAS KELOMPOK
Kelompok 1 tentang media dan keluarga
Kelompok 2 tentang media dan anak
Kelompok 3 wanita, pornografi dan media
Kelompok 4 media, gaya hidup dan konsumerisme
Kelompok 5 hiburan dan media

KELOMPOK 1
MEDIA DAN KELUARGA
Keluarga adalah basis pendidikan yang paling utama, dan orang tua merupakan figure utama pendidik dalam keluarga. Keteladanan serta Sosialisasi orang tua merupakan pola pendidikan yang paling ringkas, simple dan efektif. Keluarga juga termasuk tingkat urut paling atas dalam sigma piramida mengenai proses perkembangan anak, di mulai dari lingkungan keluarga pembentukan karakter seorang anak akan terlihat. Dalam perkembangan media, orang tua harus menjadi pengawas dan pengendali terhadap aktivitas anak, disinilah peran orang tua yang paling utama agar anak tidak kecenderungan terhadap media apalagi jika konten media yang di gunakannya dapat merusak perkembangan otak anak dan tidak sehat.
Poin-poin yang harus dilakukan dalam keluarga yaitu:
Selalu dekat dengan anak-anaknya,
Memberi pengawasan dan pengendalian yang wajar,sehingga jiwa anak tidak merasa tertekan,
Mendorong agar anak dapat membedakan antara benar dan salah, baik dan buruk, pantas dan tidak pantas dan sebagai nya,
Ibu dan Ayah dapat membawakan peran sebagai orang tua yang baik serta menghindarkan perbuatan dan perlakuan buruk serta keliru di hadapan anak-anaknya, dan
Menasihati anak-anaknya jika melakukan kesalahan serta menunjukkan dan mengarahkan mereka ke jalan yang benar.

KELOMPOK 2
MEDIA DAN ANAK
Di era globalisasi ini media sudah gencarnya mempengaruhi khalayak terutama di kalangan anak-anak, dampak yang timbulkannya pun beragam, di tengah era globalisasi ini yang serba canggih dan modern membuat anak-anak tidak bisa mengontrol keinginannya untuk memenuhi rasa puasnya terhadap media. Seperti media televisi, media ini sangat mudah didapatkan bahkan hampir di setiap rumah ada televisinya dan rata-rata pengguna aktif media ini adalah anak-anak, efek yang di timbulkannya berupa:
EFEK TELEVISI BAGI ANAK
Positif : -informasi dan ide yang membuat anak
                  berkembang dalam berpikir.
               -memotivasi anak dalam berbagai bidang
                 Keilmuan seperti dokter, guru, pilot.
               -mengetahui kejadian terkini lebih luas.
               -hiburan sesuai selera (kartun).
Negatif:-menyita waktu belajar anak.
               -membuat anak menjadi konsumtif
                 Dan hedonik karena terbawa iklan.
               -membuat anak malas bergerak dan ber
                 main diluar
                -terpengaruh oleh tayangan yang bebas
                  seperti perkelahian, pacaran dan lainlain

Begitu pula dengan media sosial ada efek yang timbulkan bagi anak yaitu :
Positif  :- mengembangkan keterampilan.
               -memperluas jaringan.
               -menambah informasi terkini.
               -hiburan
Negatif :-menyita waktu belajar.
                - mudah mengakses informasi negatif.
                -mudah terpengaruh hal negatif.
                -merusak tatanan b. Indonesia karena sosmed
                  Tidak menganut ejaan baku.

Selain media televisi dan media sosial ada media lain seperti radio, majalah, online dan media lainnya yang dapat memberikan pengaruh besar terhadap perkembangan anak dan sebagai orang tua tentunya harus berperan sebagai penjaga gawang untuk mampu memilah dan menilai isi media massa yang cocok sesuai umur anak.

KELOMPOK 3
PEREMPUAN, PORNOGRAFI DAN MEDIA
Perempuan merupakan objek utama dari pornografi itu sendiri. Dalam bahasan ini posisinya sebagai korban. Mengapa perempuan? Karena perempuan dianggap sebagai sesuatu yang dapat di nilai dengan materi selain itu lekukan tubuh perempuan juga dijadikan sebagai objek kepuasaan bagi kaum lelaki.
Media yang merupakan alat penyebaran pelecehan terhadap kaum perempuan dengan konten pornografi kini mudah di akses di berbagai sosial media lainnya sehingga menjadi konsumsi public terutama di kalangan para remaja. Jika sudah demikian menambah poin penasaran, melihat dan pada akhirnya kecanduan, sehingga hal tersebut dapat berdampak pada psikolog seseorang. Jika ini di biarkan tidak menutup kemungkinan kasus-kasus pemerkosaan dan pelecehan terhadap perempuan akan semakin terjadi dan meresahkan masyarakat apalagi korbannya banyak terjadi pada anak-anak di bawah umur.

KELOMPOK 4
MEDIA, GAYA HIDUP DAN KONSUMERISME
Media massa merupakan salahsatu tren terkini penyebab terjadinya globalisasi atau pedekatan dan hal tersebut memaksa masyarakat untuk melek media kendati demikian masyarakat harus memilah informasi yang masuk ke otak.
Gaya hidup merupakan ciri sebuah dunia modern. Maksudnya adalah siapa pun yang hidup dalam masyarakat modern akan menggunakan gagasan tentang gaya hidup untuk menggambarkan tindakannya sendiri maupun orang lain. Gaya hidup adalah pola-pola tindakan yang membedakan antara satu orang dengan orang lainnya.
Konsumerisme adalah paham atau ideologi yang menjadikan seseorang atau kelompok melakukan atau menjalankan proses konsumsi atau pemakaian barang-barang hasil produksi secara berlebihan atau tidak sepantasnya secara sadar dan berkelanjutan. Hal tersebut menjadikan manusia menjadi pecandu dari suatu produk, sehingga ketergantungan tersebut tidak dapat atau susah untuk dihilangkan.

KELOMPOK 5
HIBURAN DAN MEDIA
HIBURAN :
Aktivitas hiburan mencerminkan nilai-nilai dan kondisi masyarakat
Kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh kebahagian dan kepuasaan seseorang
hiburan dapat berupa komedi, drama, tragedi, music, permainan, dan berbagai aktivitas menyenangkan lainnya
Sedemikian dahsyatnya efek media pada manusia. Komunikasi massa berhasil mempengaruhi masyarakat mulai dari efek kognitif (pengetahuan), afektif (emosional dan perasaan) dan behavioral (perubahan pada prilaku). Namun pada dasarnya, efek yang ditimbulkan tersebut tidak akan pernah bisa berdiri sendiri, karena ada beberapa faktor yang mempengaruhi. Karena saat masyarakat menerima pesan, mereka tidak langsung menerimanya, namun menyaring pesan tersebut, dengan berpikir dan mempertimbangkannya. Karena masih ada faktor pribadi dan faktor sosial, yang menentukan seberapa besar efek media massa pada perubahan sikap dan prilaku manusia.
Sejatinya, manusia hidup dalam dunia yang dipenuhi berbagai kebutuhan dan kepentingan, dimana media memiliki peran besar didalamnya. Apa yang dilakukan oleh masyarakat, mungkin tidak secara langsung akibat dari pengaruh media. Namun tidak dapat dibantah, bahwa masyarakat global akan semakin tergantung pada media. Karena pada dasarnya, manusia di muka bumi ini, tinggal dalam global village atau desa global, karena besarnya pengaruh media massa dalam kehidupan sehari-hari manusia.
kelompok melakukan atau menjalankan proses konsumsi atau pemakaian barang-barang hasil produksi secara berlebihan atau tidak sepantasnya secara sadar dan berkelanjutnsumerisme adalah paham atau ideologi yang menjadikan seseorang atau kelompok melakukan atau menjalankan proses konsumsi atau pemakaian barang-barang hasil produksi secara berlebihan atau tidak sepantasnya secara sadar dan berkelanjutan. Hal tersebut mKonsumerisme adalah paham atau ideologi yang menjadikan seseorang atau kelompok melakukan atau menjalankan proses konsumsi atau pemakaian barang-barang hasil produksi secara berlebihan atau tidak sepantasnya secara sadar dan berkelanjutan. Hal tersebut menjadikan manusia menjadi pecandu dari suatu produk, sehingga ketergantungan tersebut tidak dapat atau susah untuk dihilangkan.
enjadikan manusia menjadi pecandu dari suatu produk, sehingga ketergantungan tersebut tidak dapat atau susah untuk dihilangkan.an. Hal tersebut menjadikan manusia menjadi pecandu dari suatu produk, sehingga ketergantungan tersebut tidak dapat atau susah untuk dihilangkan.

Kamis, 01 Desember 2016

Pengangguran dalam pembangunan

KOMUNIKASI PEMBANGUNAN DALAM UPAYA MENANGANI PENGANGGURAN
Pembangunan (development) adalah proses perubahan yang mencakup seluruh system sosial, seperti politik, ekonomi, infrastruktur, pertahanan, pendidikan dan teknologi, kelembagaan, dan budaya (Alexander 1994). Portes (1976) mendefenisiskan pembangunan sebagai transformasi ekonomi, sosial dan budaya. Pembangunan adalah proses perubahan yang direncanakan untuk memperbaiki berbagai aspek kehidupan masyarakat.

Ada bermacam – macam masalah pokok pembangunan di Indonesia,diantaranya adalah :

Dualisme peraturan
 Kependudukan dan kemiskinan
 Iklim dan geografis
Pemerataan pembangunan
Macam-macam penyebab diatas sangat mempengaruhi pembangunan pada Negara, Negara Indonesia adalah termasuk dalam Negara berkembang, oleh karena itu masalah – masalah diatas harus segera diselesaikan. Kependudukan di Indonesia tidak merata sehingga kepadatan di beberapa kota besar sangat mempengaruhi pembangunan. Dengan kepadatan penduduk tersebut maka persaingan untuk mencari lapangan kerja sangat sulit, dan mengakibatkan pengangguran dan Kemiskinan.

Pengangguran merupakan masalah pokok dalam suatu masyarakat modern. Jika tingkat pengangguran tinggi, sumber daya menjadi terbuang percuma dan tingkat pendapatan masyarakat akan merosot. Situasi ini menimbulkan kelesuan ekonomi yang berpengaruh pula pada emosi masyarakat dan kehidupan keluarga sehari-hari.

Pengangguran berdampak besar terhadap pembangunan nasional.

 Faktor utama penyebab pengangguran di Indonesia.

pengangguran yaitu orang yang berada pada usia produktif/usia kerja yang tidak bekerja. Berdasarkan penyebabnya pengangguran dapat dibedakan 5 macam yaitu:

Pengangguran struktural yaitu : pengangguran yang terjadi akibat adanya perubahan struktur dan kegiatan ekonomi sebagai akibat perkembangan ekonomi.
 Pengangguran siklus/konjungtur yaitu : pengangguran yang terjadi akibat adanya perubahan-perubahan dalam tingkat perekonomian.misalnya perusahan-perusahaan harus mengurangi kegiatan produksi sehingga sebagian tenaga kerja diberhentikan.
Pengangguran friksional yaitu : pengangguran yang terjadi pada saat perekonomian mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja penuh (full employment),di mana tenaga kerja berusaha mengganti pekerjaan atau pergeseran tenaga kerja atau mogok sementara untuk menuntut kenaikan upah.
 Pengangguran musiman yaitu : pengangguran yang terjadi akibat perubahan permintaan terhadap tenaga kerja yang sifatnya berkala,misalnya menganggur pada saat selang antara musim tanam dan musim panen
Pengangguran karena perubahan teknologi(technological unemployment) yaitu pengangguran yang terjadi akibat perubahan teknologi misalnya mengganti tenaga kerja manusia dengan mesin.
 

Salah satu masalah yang cukup besar di Indonesia adalah masalah pengangguran, yang tidak pernah teratasi setiap tahunnya. Faktor pengangguran bisa beragam macamnya, dan ini tidak boleh di abaikan oleh pemerintah. Usaha mengatasi pengangguran bukanlah kewajiban pemerintah semata. Seluruh penduduk Indonesia di harapkan partisipasinya untuk mengatasi masalah ini. Tanpa kerjasama pemerintah dan masyarakat mustahil dapat mengatasi pengangguran di Indonesia. Berikut adalah beberapa penyebab pengangguran yang umum terjadi di Indonesia.

Pendidikan rendah. Pendidikan yang rendah dpat menyebabkan seseorang kesulitan dalam mencari pekerjaan. Di karenakan semua perusahaan membutuhkan pegawai seminimal SMA.
Kurangnya keterampilan. Banyak mahasiswa atau lulusan SMA yang sudah mempunyai kriteria dalam bekerja,namun dalam teknisnya keterampilannya masih kurang. Sehingga susah dalam mencari pekerjaan.
Kurangnya lapangan pekerjaan. Setiap tahunnya, Indonesia memiliki jumlah lulusan sekolah atau kuliah yang begitu tinggi. Jumlah yang sangat besar ini tidak seimbang dengan lapangan pekerjaan yang ada, baik yang di sediakan oleh pemerintah maupun swasta.
Kurangnya tingkat EQ masyarakat. Tingkat EQ meliputi kemampuan seseorang dalam mengandalikan emosi, yang berpengaruh terhadap keterampilan berbicara/berkomunikasi, bersosialisasi, kepercayaan diri, dan sifat lainnya yang mendukung dalam hidup di masyarakat. Orang yang pandai berkomunikasi dan pandai bersosialisasi lebih mudah mendapatkan pekerjaan di banding orang yang selalu pendiam dan tidak berani mengeksplor potensi diri.
Rasa malas dan ketergantungan diri pada orang lain. Misalnya ada seorang lulusan sarjana yang kemudian tidak mau bekerja dan lebih suka menggantungkan hidup kepada orang tua atau pasangannya bila sudah menikah. Ia termasuk pengangguran, selain itu ia melewatkan peluang untuk menciptakan suatu lapangan pekerjaan bagi orang lain.
Tidak mau berwirausaha. Umumnya sesorang yang baru lulus sekolah/kuliah terpaku dalam mencari pekerjaan, seolah itu adalah tujuan yang sangat mutlak. Sehingga persaingan mencari pekerjaan lebih besar di bandingkan membuat suatu usaha.
Itulah beberapa faktor pengangguran yang banyak terjadi di Indonesia. Cukup sulit untuk mengatasi pengangguran di Indonesia dengan tingkat jumlah penduduk yang begitu besar dan masih banyaknya korupsi di negeri ini, sehingga laju pengangguran semakin naik per tahunnya.

 

Dampak pengangguran terhadap pembangunan nasional

Jika tingkat pengangguran tinggi, sumber daya menjadi terbuang percuma dan tingkat pendapatan masyarakat akan merosot. Sehingga menghambat beberapa faktor pembangunan nasional, seperti :

Pendapatan Nasional dan Pendapatan per Kapita.
Beban psikologis
Biaya sosial
Penerimaan negara
 

Pendapatan nasional dan pendapatan perkapita.

Upah merupakan salah satu komponen dalam penghitungan pendapatan nasional. Apabila tingkat pengangguran semakin tinggi, maka nilai komponen upah akan semakin kecil. Dengan demikian, nilai pendapatan nasional pun akan semakin kecil.

Pendapatan per kapita adalah pendapatan nasional dibagi jumlah penduduk. Oleh karna itu, nilai pendapatan nasional yang semakin kecil akibat pengangguran akan menurunkan nilai pendapatan per kapita.

Beban psikologis

Semakin lama seseorang menganggur, semakin besar beban psikologis yang harus ditanggung. Secara psikologis, orang yang menganggur mempunyai perasaan tertekan, sehingga berpengaruh terhadap berbagai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Dampak psikologis ini mempunyai efek domino di mana secara sosial, orang menganggur akan merasa minder karena status sosial yang tidak atau belum jelas.

 

Biaya sosial

Dengan semakin besarnya jumlah pengangguran, semakin besar pula biaya sosial yang harus dikeluarkan. Biaya sosial itu mencakup biaya atas peningkatan tugas-tugas medis, biaya keamanan, dan biaya proses peradilan sebagai akibat meningkatnya tindak kejahatan.

 

Penerimaan negara

Salah satu sumber penerimaan negara adalah pajak, khususnya pajak penghasilan. Pajak penghasilan diwajibkan bagi orang-orang yang memiliki pekerjaan. Apabila tingkat pengangguran meningkat, maka jumlah orang yang membayar pajak penghasilan berkurang. Akibatnya penerimaan negara pun berkurang.

 

Beberapa faktor di atas dapat menghambat pembangunan nasional yang bertujuan untuk kesejahteraan masyarakat. Baik berupa penbangunan sistem sosial, politik, ekonomi, infrastruktur, pertahanan, pendidikan dan teknologi, kelembagaan, dan budaya.

 

Rabu, 16 November 2016

Analisa Film "TRAGEDI TRISAKTI 1998"

NAMA : RIZA NUR AZIZAH
NPM   :C1021511RB4008
JURUSAN ILMU KOMUNIKASI


ANALISIS FILM “TRAGEDI TRISAKTI 1998”
Mei 1998, terjadi kemiskinan menerpa Asia Timur. Indonesia mengalami krisis ekonomi dengan meningkatnya inflasi dan pengangguran yang membuat rakyat tercekik dan tersiksa dari kegagalan pemerintah yang lamban dan merajalelanya korupsi. Di tambah lagi percikan kemarahan dan kebencian akan pemerintahan soeharto yang kembali dilantik dan berseru tentang reformasi politik dan ekonomi tapi kenyataannya malah melakukan sidang  kabinet pembangunan yang berisi anggota keluarga dan kroni-kroninya sehingga mahasiswa menuntut sidang rakyat dengan perwakilan terpercaya. Namun, tanpa mempedulikan kemarahan dan protes dari mahasiswa sidang tersebut tetap dilakukan dan membuat aksi demonstrasi yang agresif dengan turun ke jalan dan berkumpul di gedung MPR. Terpilihnya kembali Soeharto pada bulan April tahun 1998, dituntut oleh mahasiswa untuk melakukan pemilihan ulang.
Awalnya mahasiswa melakukan aksi damai dengan pihak polri, akan tetapi aparat keamanan malah menghambat dan menghujani tembakan peluru sehingga mahasiswa panik dan marah karena menyebabkan 4 rekannya tewas tertembak dan belasan orang luka-luka. Kericuhan yang terjadi saat para demonstran panik karena rentetan tembakan memicu kekacauan yang marak di seluruh Indonesia mengakibatkan lengsernya Soeharto dari kursi jabatannya karena tidak dapat mengendalikan kerusuhan tersebut dan digantikan dengan wakilnya yaitu B. J Habibie. Akan tetapi, pergantian pemimpin tersebut ditolak mentah-mentah oleh para demonstran karena mereka tau Habibie merupakan kroni Soeharto dan menyebutnya sebagai King Korupsi. Kemunduran Soeharto tidak lepas begitu saja, dia di lindungi oleh militer dan kroninya yang berkuasa sehingga mahasiswa menuntutnya agar melakukan penyelidikan terhadap kekayaan Soeharto.
Mahasiswa melakukan demonstrasi dan meneriakkan sebagai aspirasi rakyat namun mereka malah mendapat perlawanan yang kasar dari para aparat dan difitnah sebagai komunis karena dianggap menimbulkan kekacauan. Aparat keamanan bereaksi berlebihan dan menggunakan senjatanya terhadap aksi demonstrasi damai, mereka menganggap mahasiswa sebagai musuh Negara yang tidak bisa diatur.
Mahasiswa menyebarkan bunga sebagai demonstrasi yang tertib dan menganggap Militer maupun ABRI sebagai pembela penguasa dibandingkan membela rakyat. Mahasiswa berharap akan kekuatan transitional masyarakat Indonesia  yang memiliki integritas tinggi dan bersama-sama mendahulukan kepentingan bersama, bersatu mensejahterakan Indonesia dan membebaskan diri dari para penguasa yang gila kekuasaan untuk kepentingan sendiri.
Meskipun terjadi pertumpahan darah, penyerangan brutal dari pihak para aparat, mahasiswa tetap maju dan menghadapinya tanpa perlawanan senjata dan mengakibatkan korban saling berjatuhan. Perlawanan tersebut memberi kemenangan kepada pihak aparat sehingga mereka bersorak bahagia dan menyanyikan mars ABRI, bersama dengan para demonstran yang menyanyikan lagu perjuangan atas gugurnya para korban demonstrasi dalam aksi reformasi dengan penghayatan yang dalam. Aksi mahasiswa terhadap revolusi menuntut keadilan dan keterbukaan untuk mengadili Soeharto dan menurunkan Habibie.
Di taman Ria, mahasiswa kembali turun ke jalan untuk membalas perlakuan kasar militer yang melakukan penyerangan dan penyerbuan tembakan yang membabi buta terhadap rekan mereka yang dipukuli, ditendang, diinjak bahkan melakukan tindakan asusila yang sangat menyimpang yaitu melakukan pelecehan seksual terhadap mahasiswi yang dilakukan oleh aparat keamanan yang melakukan revolusi bukan dengan reformasi damai dan sengaja memancing konfrontasi sehingga para aparat kaget menghadapi mahasiswa yang tak lagi gentar. Pihak demonstran yang tidak bisa terkontrol dan menembus garis batas polisi menyerang pihak aparat dan melakukan perusakkan, penjarahan, dan pembakaran ban.
Balas dendam, tekad, keberanian, dan kemarahan yang tak terkontrol para demonstran dalam melawan aparat tanpa terkendali.


NILAI SOSIAL YANG TERJADI DALAM PERISTIWA TERSEBUT
Tragedi Trisakti dan Semanggi ini merupakan contoh sifat disosiatif yang berbentuk pertentangan atau konflik, yaitu perjuangan kelompok sosial untuk memenuhi tujuannya. Pada tragedi Trisakti dan Semanggi, mahasiswa dan aparat keamanan mempunyai tujuan yang berbeda. Mahasiswa menginginkan aspirasi mereka dipenuhi sedangkan aparat keamanan bertujuan melaksanakan tugasnya, mengamankan keadaan. Dalam pertentangan atau konflik perasaan dapat mempertajam perbedaan tersebut sehingga perbedaan ini memuncak dan mengakibatkan konflik antar kelompok yang berusaha saling menghancurkan lawan dengan ancaman atau kekerasan. Dalam Tragedi Trisakti, orasi yang disampaikan mahasiswa membuat emosi para aparat keamanan, sehingga terjadilah penembakan yang dilakukan aparat keamanan terhadap para mahasiswa. Sedangkan dalam Tragedi Semanggi, para mahasiswa dendam atas penembakan yang dilakukan oleh aparat keamanan, sehingga perasaan dendam itu memicu terjadinya Tragedi Semanggi.


RANGKUMAN BUKU SOSIOLOGI KOMUNIKASI MASSA







NAMA : RIZA NUR AZIZAH
NPM : C1021511RB4008   
JURUSAN ILMU KOMUNKASI

BAB 1
PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP KOMUNIKASI MASSA
DEFINISI KOMUNIKASI
Komunikasi adalah suatu proses, berisi tentang penyampaian atau pertukaran ide, gagasan, atau informasi dari seseorang kepada orang lain, dan menggunakan simbol-simbol yang dipahami maknanya oleh komunikator dan komunikan. Hakikat komunikasi sendiri menurut  Onong Uchajana Effendy adalah proses pernyataan antarmanusia dalam bentuk pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan Bahasa sebagai alat penyalurnya.
PROSES KOMUNIKASI
§  Proses Komunikasi Primer
Merupakan proses penyampaian pikiran dan perasaan oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan suatu lambang atau simbol sebagai media atau saluran, lambang biasanya berupa Bahasa akan tetapi hal ini dapat dijelaskan pula sebagai gesture yakni gerak anggota tubuh, gambar dan warna. Bahkan dalam komunikasi biasa di sebutkan dalam komunikasi verbal (Bahasa) dan nonverbal (isyarat). Contoh dari komunikasi primer seperti seorang murid yang mengacungkan tangannya dan bertanya pada gurunya, seorang pasien penyakitnya kepada dokter.
§  Proses Komunikasi Sekunder
Merupakan proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah menggunakan media sebagai media pertama. Komunikasi sekunder lebih banyak mengandalkan peralatan teknis daripada psikologis.
§  Proses Komunikasi Linear
Merupakan proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan secara satu arah. Komunikasi linear, umunmya terjadi pada masyarakat otokratis dan paternalistik. Secara sosiologis, komunikasi linear mencerminkan adanya hubungan dan interaksi sosial atas-bawah (top to bottom) yang kontra produktif.
§  Proses Komunikasi Sirkular
Kebalikan dari komunikasi linear yaitu komunikasi sirkular, Secara harfiah sirkular berarti bulat, bundar, lingkaran. Ibarat sebuah lingkaran, pesan dari satu titik mengalir ke titik yang lain, kemudian dari titik itu pesan kembali bergerak menuju titik semula dan begitu seterusnya. Dengan demikian, komunikan dan komunikator pada saat bersamaan berganti-ganti peran, ada saatnya sebagai komunikator dan ada saatnya sebagai komunikan. Ia mengirimkan pesan, tetapi pada saat yang bersamaan ia juga menerima pesan balik.

o   Umpan Balik Positif (positive feedback)
Merupakan tanggapan atau respon yang sesuai dengan kehendak dan harapan komunikator dalam bentuk persetujuan, pemihakan, atau dukungan komunikan terhadap pandangan, gagasan, atau

pernyataan yang dikemukakan oleh pihak komunikator. Dalam umpan positif, kedua belah pihak sama-sama merasakan manfaatnya secara positif.
o   Umpan Balik Negatif (negative feedback)                   
Kebalikan dari umpan balik positif adalah umpan balik negative. Artinya tanggapan yang dilontarkan oleh pihak komunikan tidak sesuai dengan harapan dan keinginan komunikator.
o   Umpan Balik Nertral (netral feedback)
Merupakan tanggapan yang bersifat netral, artinya tidak mendukung tetapi juga tidak menolak gagasan yang dikemukakan oleh komunikator. Bagi seorang komunikator, umpan balik netral sesungguhnya tidak memberikan energi positif yaitu tidak merasa mendapat dorongan, dukungan, maupun motivasi untuk melanjutkan pembicaraan.
o   Umpan Balik Nihil (zero feedback)
Umpan balik nihil menunjuk kepada tanggapan yang tidak memberikan keuntungan apapun kepada komunikator, dapat dikatakan si komunikan adalah orang yang berkepala batu atau memiliki pilihannya sendiri.
o   Umpan Balik Seketika (direct feedback)
Merupakan tanggapan yang bersifat langsung, artinya komunikan memberikan tanggapan pada saat itu juga, tidak tertunda-tunda atau menunda.
o   Umpan Balik Tertunda (indirect feedback)
Merupakan tanggapan komunikan kepada komunikator yang bersifat tidak langsung disampaikan pada saat itu juga.

PENGERTIAN KOMUNIKASI MASSA
Komunikasi massa menunjuk kepada proses kegiatannya (media activity) seperti, surat kabar, majalah, radio, televisi, internet dan lain sebagainya.
Menurut Bittner (1980: 10) komunikasi massa merupakan pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang. Sedangkan menurut Maletzke (1963) komunikasi massa merupakan setiap bentuk komunikasi yang menyampaikan pernyataan secara terbuka melalui media penyebaran teknis secara tidak langsung dan satu arah pada publik yang tersebar.
KARAKTERISTIK KOMUNIKASI MASSA
·         Komunikator melembaga
Kumpulan individu dari berbagai keahlian dalam ranah sejenis  yang tergabung dalam sebuah lembaga yang terorganisasi dengan rapih, baik, dan professional.
·         Komunikasi satu arah
·         Pesan umum diterima serempak
·         Ditujukan kepada khalayak tersebar, anonym dan heterogen.
·         Selintas


Sosiologi komunikasi merupakan kekhususan sosiologi dalam mempelajari interaksi sosial yaitu suatu hubungan atau komunikasi yang menimbulkan proses saling pengaruh-mempengaruhi antara para individu, individu dengan kelompok maupun antar kelompok (soekanto, 1992: 471).

BAB 3
ANALISIS FUNGSIONAL DAN DISFUNGSIONAL SERTA MODEL-MODEL KOMUNIKASI MASSA

Fungsi media massa  menurut beberapa ahli
Denis McQuail : informasi, korelasi, sosialisasi (kesinambungan), rekreasi (hiburan), dan mobilisasi.
Robert K. Merton dan Paul Lazarsfeld : pengawasan (surveillance), korelasi (correlation), transmisi   budaya (cultural transmission), penganugerahan status (ststus conferral), dan pengakhlakan (ethiciting).
Charles Wright :
1)      Fungsi                   3) nyata                                                5) pengawasan (berita)
Apakah                                 dan                        dan                                        dari        6) korelasi
2)      Disfungsi              4) tersembunyi                                 7) transmisi budaya
8) hiburan
9) penganugerahan status

Yang diadakan dengan bentuk komunikasi massa bagi
11) masyarakat
12) individu
13) subkelompok
14) system-sistem budaya

Pengawasan Oleh Media Massa
Salahsatu konsekuensi positif dari pengawasan ialah bahwa komunikasi massa memberikan peringatan mengenai ancaman dan bahaya yang mengancam dunia, dengan peringatan lebih dulu masyarakat dapat memobilisasi dan mencegah kerusakan. Selain itu, peringatan melalui komunikasi massa juga harus memiliki fungsi tambahan, itulah fungsi egaliterianisme atau seseorang merasa sama dengan orang lain. Namun pengawasan media massa juga dapat melahirkan efek disfungsional yang mana dapat mengancam, membahayakan dan mencelakakan masyarakat.
Korelasi
Korelasi berarti bagaimana media massa membaca dan sekaligus memberikan tafsir atau interpretasi terhadap berbagai informasi lingkungan sosial dan fisik di sekitarnya.
Transmisi Budaya
Dalam Bahasa Charles wrigt transmisi warisan sosial (sosial heritage) berfokus pada komunikasi pengetahuan, nilai-nilai, dan norma-norma sosial dari satu genersi ke generasi lain atau dari anggota-anggota suatu  kelompok kepada para pendatang baru. Menurut Merton transmisi budaya media massa bisa berubah menjadi serangan balik yang mematikan artinya media assa yang semestinya menjadi guru teladan dengan mewariskan nilai dan norma-norma sosial dari generasi ke generasi lain malah justru membawa petaka untuk melahirkan budaya baru yang buruk bagi masyarakat.
Hiburan
Hiburan merupakan salah satu fungsi media massa yang digandrungi oleh masyarakat dengan cara yang mudah misalkan dengan menonton televisi, fenomena ini menunjukan bahwa posisi dan eksistensi media massa televisi dalam pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat yang sangat dominan.
MODEL-MODEL KOMUNIKASI MASSA:
§  PERSPEKTIF SOSIOLOGIS
Riley menunjuk pada peran primary group dan referency group dalam proses komunikasi. Primary group di tandai dengan hubungan yang intim antaranggotanya, misalnya keluarga. Sedangkan referency group adalah kelompok  ketika seseorang belajar untuk mengenal sikap, nilai dan prilakunya. Teory Riley hendak menunjukkan kelompok cukup berperan dalam proses dan efektivitas komunikasi, termasuk komunikasi massa. Secara sosiologis, komunikasi diantara anggota yang memiliki hubungan keddekatan fisik da psikis seperti dalam sebuah keluarga (kelompok primer), akan lebih komunikatif, efektif, dan produktif dalam menangani pesan-pesan media massa daripada komunikasi yang terjadi di luar struktur dan kultur keluarga (kelompok sekunder).
Model Jarum Hipodermik
Merupakan model komunikasi satu arah, berdasarkan anggapan bahwa media massa memiliki pengaruh, langsung, segera, dan sangat menentukkan terhadap khalayak komunikan (audience), menurut Elihu Katz:
1.       Media masssa yang sangat berpengaruh mampu melaksanakan kehendaknya pada khayak komunikan yang sama sekali tidak berusaha untuk mencoba berpikir lain.
2.       Khalayak komunikan yang otomatis (dianggap tidak memiliki hubungan satu sama lain) terikat kepada media massa tetepi tidak terikat kepada kelompoknya. Pengaruh media digambarkan sebagai suatu kekuatan yang mengubah prilaku manusia tanpa dapat dihalangi oleh kekuatan apapun (Depari dan Andrews,1985: 17-18).
Model Komunikasi Satu Tahap
Dalam model ini dinyatakan media massa sebagai saluran komunikasi langsung berpengaruh terhadap khalayak komunikan, tanpa membutuhkan peranan para pemuka pendapat sebagai penyebar informasi.
1.       Model komunikasi satu tahap mengakui bahwa tidak semua media memiliki kekuatan pengaruh kekuatan yang sama’
2.       Model komunikasi satu tahap memperhitungkan peranan selektivitas sebagai factor yang menentukan  penerimaan khalayak komunikan.
3.       Model komunikai satu tahap mengakui kemungkinan timbulnya reaksi yang berbeda dari khalayak komunikan terhadap pesan komunikasi yang sama (Depari dan Andrews, 1985: 20)
Khalayak merupakan individu atau kelompok yang memiliki perhatian selektif, persepsi selektif, terpaan selektif, dan tanggapan selektif. Khalayak dalam Bahasa sosiologi memiliki posisi tawar (bargaining position) dan kekeuatan tawar-menawar (bargaining power) yang cukup tinggi.
 Model Komunikasi Dua Tahap
Pada model ini menghubungkan media massa dengan komunikasi antarpribadi, dan memanadang khalayak sebagai individu-individu yang berinteraksi. Dalam perspektif sosiologis model komunikasi ini mengasumsikan proses interaksi sosial yang cukup pekat antara pihak yang terlibat dalam proses komunikasi. Melalui pemuka pendapat ide tersebut tersebar keseluruh anggota masyarakat. Tahap pertama, dari sumber informasi kepemuka pendapat pada umumnya merupakan pengalihan informasi, sedangkan untuk tahap kedua, dari pemuka pendapat kepada pengikutnya merupakan penyebarluasan pengaruh. Pemuka pendapat juga diasumsikan sebagai individu yang memiliki status sosial tinggi dalam struktur sosial masyarakat setempat. Pemuka pendapat inilah yang melakukan apa yang disebut dalam sosiologi sebagai kontak sosial dan komunikasi.
Menurut Eduard Depari dan Collin macAndrews, terdapat enam kelemahan model komunikasi dua arah:
1.       Model ini menyatakan bahwa individu yang aktif dalam mencari informasi hanya pemuka pendapat, sedangkan anggota masyarakat pada umumnya pasif.
2.       Pandangan bahwa proses komunikasi massa pada hakikatnya dua tahap, ternyata membatasi proses analisisnya, sebab proses koomunikasi dapat terjadi dengan dua tahap atau lebih.
3.       Model ini menunjukkan betapa tergantungnya pemuka pendapat terhadap informasi yang disampaikan media massa. Hal ini membuktikan bahwa pemuka pendapat memperoleh informasi melalui saluran-saluran yang bukan media massa.
4.       Penelitian tahun 1940, yang menghasilkan komunikasi dua tahap , mengabaikan prilaku khalayak berdasarkan waktu pengenalan idea baru.
5.       Pelbagai saluran berperan dalam pelbagai tahap penerimaan inovasi dan pengambilan keputusan, namun tidak menunjukkan adanya perbedaan peranan dari pelbagai saluran komunikasi dalam hubungannya dengan tahap-tahap inovasi (tahap penyadaran atau awareness stage, tahap pembujukan atau persuasion stage, tahap keputusan atau decision stage, tahap pemantapan atau confirmasion stage).
6.       Pemisahan khalayak komunikasi dengan pemuka pendapat dan masyarakat pengikut dilakukan oleh komunikasi dua tahap
Model Komunikasi Banyak Tahap
Model komunikasi ini menunjukkan bahwa terdapat banyak variasi dari penyebaran pesan yang berasal dari informan kepada khalayak komunikan. Banyaknya tahap yang harus dilalui dalam proses penerimaan informasi bergantung pada: tujuan sumber informasi, banyaknya media massa yang menyebarluaskan informasi, isi pesan yang disampaikan apakah berkenan bagi khalayak atau melibatkan kepentingan khalayak, dan apakah cara penyampaiannya menarik perhatian khalayak.

KOMUNIKASI MASSA, MASYARAKAT, DAN BUDAYA
Pola interaksi media komunikasi massa dengan masyarakat dan budaya meliputi teori:
§  Teori Perbedaan Individu
Dalam perbedaan kepribadian individu setiap orang akan menanggapai isi media massa berdasarkan kepentingan mereka, disesuaikan dengan kepercayaan dan nilai-nilai sosial mereka sehingga selektivitas mereka terhadap komunikasi massa mereka juga berbeda. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengaruh media terhadap individu akan berbeda satu sama lain disebabkan adanya perbedaan psikologis antarindividu.
§  Teori Penggolongan Sosial
Penggolongan sosial didasarkan pada seks, tingkat penghasilan, pendidikan, tempat tinggal, maupun agama. Teori ini menyatakan bahwa masyarakat yang memiliki sifat-sifat tertentu yang sama akan membentuk sikap yang sama pula dalam menghadapi rangsangan tertentu. Persamaan dalam orientasi dan sikap akan berpengaruh pula terhadap tanggapan mereka dalam menerima pesan komunikasi.
§  Teori Hubungan Sosial
Dalam teori ini lebih menekankan pentingnya variabel hubungan antarpribadi sebagai sumber informasi dan sebagai penguat pengaruh media komunikasi. Teori hubungan sosial bisa disebut sebagai manifestasi dari model komunikasi dua tahap, arus informasi mengalir dari sumber informasi ke penerima atau khalayak komunikan melalui dua tahap. Pertama informasi dari  media massa diterima oleh sejumlah individu yang cukup informasi (well informed) proses ini dilakukan secara langsung tanpa ada perantara. Kedua, informasi yang sudah diterima dan diolah sesuai tingkat intelektualitas oleh individu-individu cukup  informasi kemudian disebarkan melalui saluran komunikasi antarpribadi kepada orang-orang yang tidak memiliki akses terhadap media massa.
§  Teori Norma-Norma Budaya
1.       Pesan-pesan komunikasi massa dapat memperkokoh pola-pola budaya yang berlaku serta membimbing masyarakat agar yakin bahwa pola-pola tersebut masih tetap berlaku dan dipatuhi masyarakat.
2.       Media massa dapat menciptakan pola-pola budaya baru yang tidak bertentangan dengan pola budayayang ada bahkan menyempurnakannya.
3.       Media massa dapat mengubah norma-norma budaya yang berlaku sehingga prilaku individu yang ada dalam masyarakat dengan sendirinya ikut berubah serta menyesuaikan diri dengan norma-norma budaya yang baru.
KOMUNIKASI MASSA DAN PERUBAHAN SOSIAL
Gillin dan Gillin menyatakan perubahan sosial diartikan sebagai suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk dan ideology, maupun karena adanya difusi ataupun penemuan-penemuan baru dalam masyarakat.
Samoel Koenig dalam Man and Society (1957), perubahan sosial menunjuk pada modifikasi yang terjadi dalam pada pola-pola hidupan manusia. Modifikai terjadi karena sebab-sebab ekstern dan sebab-sebab intern.
Selo menyatakan perubahan sosial sebagai segala perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam suatu masyarakat yang memengaruhi system sosialnya termasuk didalamya nilai-nilai, sikap dan pola prilaku diantara kelompok dalam masyarakat.
Menurut Schramm ada Sembilan peran yang dapat dikerjakan oleh media massa dalam membantu perubahan sosial yakni : (1) media massa dapat memperluas cakrawala pemikiran; (2) media massa dapat memusatkan perhatian; (3) media massa mampu menumbuhkan aspirasi; (4) media massa mampu menciptakan suasana membangun; (5) mampu mengembangkan dialog tentang hal-hal yang berhubungan dengan masalh-maslah politik; (6) mampu mengenalkan dengan norma-norma sosial; (7) mampu menumbuhkan selera; (8) mampu mengubah sikap yang lemah menjadi sikap yang kuat; (9) dapat berperan sebagi pendidik.

BAB 4
TEORI SISTEM PERS DAN KEBUTUHAN MASYARAKAT
Pers  sebagai subsistem dari system sosial, selalu bergantung dan berkaitan erat dengan masyarakat tempat ia berada. Pers lahir untuk memenuhi keperluan masyarakat terhadap informasi secara terus-menerus mengenai peristiwa-peristiwa besar atau kecil yang terjadi dalam masyarakat. Pers memunyai kedudukan sebagai lembaga masyarakat (institusi sosial) dan sebagai lembaga masyarakat ia dipengaruhi dan memengaruhi lembaga masyarakat lainnya. Pers bergantung kepada filsafat, system, struktur bahkan budaya politik suatu Negara.
Pola interaksi Antara masyarakat, pers dan pemerintah sebagai trikotomi (trichotomy), bisa memberikan kontribusi sangat berarti dalam melakukan komprehensif mengenai kedudukan peran ketiganya disuatu Negara.



TEORI PERS OTORITARIAN (AUTHORITARIAN PRESS THEORY)
Teory ini muncul dari filsafat kekuasaan monarki absolut, kekuasaan pemerintah absolut. Menurut Siebert tujuan utam pers otoritarian ialah mendukung dan memajukan kebijakan pemerintah yang berkuasa serta mengabdi kepada Negara. Dalam pers otoritarian, kritik terhadap mekanisme politik dan para pejabat yang berkuasa erupakan sesuatu yang sangat terlarang. Teori ini dibangun atas dasar asumsi filosofis tentang hakikat manusia, hakikat masyarakat dan Negara, hubungan manusia dengan Negara, serta problema filsafat dasar, hakikat pengetahuan dan kebenaran (siebert, 1986: 8-10)
TEORI PERS LIBERTARIAN (LIBERTARIAN PRESS THEORY)
Teory ini muncul dari filsafat tentang rasionalisme dan hak-hak asasi manusia. Tujuan utama pers ini merupakan memberi informasi, menghibur dan transaksi bisnis, untuk membantu menemukan kebenaran serta mengawasi pemerintah yang sedang berkuasa. Sdedangkan menurut Siebert tujuan utama pers ini adalah untuk menolong menemukan kebenaran, membantu penyelesaian masalah politik dan sosial dengan mengetengahkan semua bentuk bukti dan proses sebagai dasar pembentukan keputusan. Menurut Thomas Jefferson, pers harus melakukan pengawasan terhadap pemerintah yang tidak bisa dilakukan oleh lembaga lainnya. Penganut libertarian menentang monopoli pemerintah dalam jalur-jalur komunikasi karena setiap orang/warga Negara  mempunyai kesempatan yang tidak dibatasi untuk memiliki dan mengoperasikan suatu unit komunikasi massa.
Dalam filsafat libertarian, media diberi kebebasan seluas-luasnya untuk memberitakan ataupun tidak memberitakan sesuatu namun dituntut untuk bertanggungjawab jika terjadi menimbulakn kerugian terhadap individu maupun masyarakat.
TEORY PERS KOMUNIS SOVIET
Dalam teori ini, media massa merupakan alat pemerintah (partai) dan bagian integral dari Negara. Ini berarti media harus tunduk terhadap perintah dan control dari pemerintahan atau partai atau biasa disebut dengan alat dari partai komunis yang berkuasa, media harus melakukan apa yang terbaik bagi Negara dan partai serta apa yang terbaik menurut pemimpin elit dan partai .
Media adalah milik Negara, dikontrol sangat ketat sebagai tangan-tangan Negara.
Sangat tertutup, rakyat tidak tau apa yang dilakukan pemimpin partai atau penguasanya.
TEORI PERS TANGGUNG JAWAB SOSIAL
Teori ini bertujuan untuk mengangkat konflik sampai tingkat diskusi melalui pasar ide yang bebaas dan bertanggungjawab. Pada teori tanggung jawab sosial campur tangan serius terhadap hak-hak individu yang dilindungi oleh undang-undang dan kepentingan terhadap vital strategis masyarakat dianggap sebagai tindakan terlarang.
Fungsi pers pertanggung jawaban sosial menurut Theodore Peterson meliputi:
1.       Melayani system politik dengan menyediakan informasi, diskusi, dan perbedaan tentang masalah-masalah yang dihadapi masyarakat.
2.       Memberi penerangan kepada masyarakat sehingga masyarakat dapat mengatur dirinya sendiri.
3.       Menjadi penjaga hak-hak individu dengan bertindak sebagai anjing penjaga yang mengawasi pemerintah.
4.       Melayani system ekonomi dengan mempertemukan pembeli dengan penjual barang atau jasa melalui medium periklanan.
5.       Menyediakan hiburan.
6.       Mengusahakan sendiri finansial sehingga bebas dari tekanan individu-individu yang memiliki kepentingan tertentu.
Komisi Kebebasan pers Amerika menetapkan lima syarat yang wajib dipatuhi oleh media.
a)      Media dituntut untuk menyajikan laporan tentang kejadian sehari-hari secara mendalam dan cerdas dalam suatu konteks yang memberi arti kepada kejadiian tersebut.
b)      Media harus menjadi sebuah forum pertukaran komentar dan kritik.
c)       Media hendaknya menonjolkan sebuah gambaran representatif dari kelompok-kelompok unsur pokok dalam masyarakat.
d)      Media hendaknya bertaggung jawab dalam penyajian dan penguraian tujuan-tujuan dan nilai-nilai masyarakat.
e)      Media hendaknya menyajikan kesempatan penuh untuk memperoleh berita sehari-hari.
TEORI MEDIA PEMBANGUNAN
Media pembanguna berperan sebagai penghubung yang kreatif Antara pemerintah dan masyarakat, menurut Everet M Rogers Pembangunan merupakan perubahan yang berguna menuju system sosial dan ekonomi yang diputuskan sebagai kehendak dari suatu bangsa.
Unsur utama dalam konsepsi jalan alternatife menuju pembangunan yaitu. Pertama, pemerataan penyebaran informasi dan keuntungan sosial ekonomi dalam pembangunan yang membawa kepada pemikiran bahwa penduduk desa dan orang kota yang miskin hendaknya menjadi sasaran utama program pembangunan yaitu dengan upaya memperkecil kesenjangan sosial ekonomi dengan cara menggerakkan sector-sektor yang tertinggal merupakan prioritas program dibanyak Negara. Kedua, partisipasi masyarakat dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan biasanya disertai dengan desentralisasi kegiatan-kegiatan tertentu dipedesaan.
McQuail menyebutkan ada enam prinsip dalam teori pembangunan sebagai landasan teoritis dan praktis
1.       Media selayaknya dibatasi menerima dan melaksanakan tugas pembangunan sejalan dengan kebijaksanaan yang ditetapkan secara nasional.
2.       Kebebasan media selayaknya dibatasi sesuai dengan prioritas ekonomi dan kebutuhan pembangunan masyarakat ‘
3.       Media perlu memprioritaskan isinya pada kebudayaan dan Bahasa nasional.
4.       Media hendaknya memprioritaskan berita dan informasinya pada Negara sedang berkembang lainnya yang erat kaitannya secara geografis, kebudayaan, atau polittik.
5.       Para karyawan dan wartawan media lainnya memilii tanggungjawab serta kebebasan dalam tugas mengumpulkan informasi dan menyebarluaskannya.
6.       Bagi kepentingan tujuan pembanguna, Negara memiliki hak dan di benarkan untuk campur tangan dan melakukan pengendalian langsung dalam, atau membatasi, pengoperasian media, ssarana penyensoran serta sarana subsidi yang diperlukan.

TEORI MEDIA DEMOKRATIK-PARTISIPAN
Kandungan prinsip teori media demokratik-partisipan menurut Quail adalah:
1.       Warga Negara secara individu dan kekompok minoritas memiliki hak pemanfaatan media (hak untuk berkomunikasi)dan hak untuk dilayani oleh media sesuai dengan kebutuhan yang mereka tentukan sendiri.
2.       Organisasi dan isi media selayaknya tidak tunduk pada pengendalian politik yang dipusatkan atau pengendalian birokrasi Negara.
3.       Media selayaknya ada utama untuk khalayak dan bukan untuk organisasi media, para ahli, nasabah media lainnya.
4.       Kelompok, organisasi, dan masyarakat local selayaknya memiliki media sendiri.
5.       Bentuk media yang beskala kecil, interaktif dan partisipatif lebih baik dari media berskala besar, satu arah dan di profesionalkan.
6.       Kebutuhan sosial tertentu yang berhubungan dengan media massa tidak cukup hanya diungkapkan melalui tuntutan konsumen perorangan, tidak juga melalui Negara dan berbagai lembaga utamanya.
7.       Komunikasi terlalu penting untuk diabaikan oleh para ahli.

KOMUNIKASI MASSA  DAN PEMENUHAN KEBUTUHAN MASYARAKAT
v Teori Belajar Sosial
Dalam teori ini media massa merupakan agen sosialisasi yang utama selain keluarga, guru, sahabat karib dan sekolah. Artinya ddengan fungsi dan kemampuannya menyeleksi berita dan informasi, ulasan dan tulisan serta memublikasikannya secara cepat, luas dan serempak kepada masyarakat yang heterogen serta anonym.
Teori belajar sosial dibagi kedalam 4 tahap yaitu:
1.       Tahap proses atensi atau perhatian terhadap suatu peristiwa.
2.       Tahap proses retensi atau pengingatan (memory)
3.       Tahap proses reproduksi motor
4.       Tahap proses motivasional
v Teori Model Difusi Inovasi
Difusi merupakan suatu jenis khusus komunikasi yang berkaitan dengan penyebaran pesan-pesan sebagai ide baru. Sedangkan menurut Rogers, difusi merupakan suatu proses ketika suatu inovasi dikomunikasikan melalui saluran tertentu diantara para anggota suatu system sosial. Inovasi adalah suatu ide, karya atau objek yang dianggap baru oleh seseorang.
Model difusi mengasumsikan bahwa media massa mempunyai efek yang berbeda-beda pada titik waktu yang berlainan, mulai dari menimbulkan tahu sampai dengan memengaruhi adopsi atau rejeksi (penerimaan atau penolakan). Dengan model inilah peneliti meneliti bagaimana inovasi atau informasi baru tersebar pada unit-unit adopsi (peneerima inovasi). Inovasi berupa peristiwa, berita, pesan-pesan politik, gagasan baru. Sejauh mana media massa atau saluran interpersonal memengaruhi efek difusi ditentukan oleh variabel antara dan variabel penerima yang Antara lain meliputi data demografis dan variabel sosiopsikologis. Menurut teori jurnalistik media massa harus disajikan secara actual. Aktualitas mengandung tiga pengertian yaitu: aktualitas kalender, waktu dan masalah.
Teori difusi dan inovasi mengakui media bukanlah institusi sosial yang sangat perkasa sehingga bisa segalanya atau semua orang dalam waktu serempak.
v Teori Model Agenda Setting
dalam teori ini apa yang dianggap penting oleh media maka akan dianggap penting juga oleh masyarakat, begitu pula dengan apa yang dilupakan oleh media maka akan luput dari perhatian  masyarakat.
 Agenda masyarakat dapat diteliti dari segi apa yang dipikirkan orang (intrapersonal) dan apa yang dibicarakan orang itu dengan orang lain (interpersonal) dan apa yang dianggap sedang dibicarakan orang ramai (community salience).
Manhein mengingatkan, konseptualisasi teori ini meliputi tiga agenda utama yaitu agenda media, khlayak dan kebijakan. Untuk agenda media dimensinya meliputi visibility (jumlah dan tingkat menonjolnya berita), audience salience (penonjolan,tingkat menonjol dan relevansi isi berita dengan kebutuhan khalayak), valence (menyenangkan atau tidak menyenangkan cara pemberitaan suatu peistiwa). Untuk agenda khalayak dimensinya mencakup familiarity (keakraban, derajat keakraban khalayak terhadap topic tertentu), personal salience (penonjolan pribadi, relevansi kepentingan dengan ciri pribadi), dan favourability (kesenangan, pertimbangan senang atau tidaknya terhadap topik berita). Untuk agenda kebijakkan dimensinya melalui support, likehood of action (kemungkinan kegiatan), freedom of action (kebebasan beertindak). Pola kausalitas sosiologis dalam dalil jurnalistik: media adalah cermin masyarakat. Jika ingin tahu wajah masyarakat lihatlah media. Lalu jika ingin melihat wajah media maka lihatlah kondisi dan prilaku masyarakat.
v Teori Model Kegunaan dan Kepuasan
kEbutuhan manusia meliputi lima tingkat yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan cinta, kebutuhan penghargaan, dan kebutuhan aaktualisasi diri. Konsep model ini yang diteliti adalah:
·         Sumber sosial dan psikologis dari;
·         Kebutuhan yang melahirkan
·         Harapan-harapan dari;
·         Media massa atau sumber-sumber yang lain, yang menyebabkan;
·         Peerbedaan pola terpaan media, serta menghasilkan;
·         Pemenuhan kebutuhan dan;
·         Akibat-akibat lain bahkan akibat yang tak dikehendaki.


BAB 5
SOSIOLOGI KOMUNIKATOR DAN PESAN DALAM KOMUNIKASI MASSA
Komunikator Komunikasi Massa versi Aristoteles
ETHOS
Pada dimensi ethos ada tiga aspek dalam aktivitas komunikasi massa diantaranya:
·         Pengetahuan luas, komunikator membangun jaringan sosial, mengasah kepekaan intelektual dan mengembangkan ikatan serta norma-norma sosial pada unit satuan masyarakat terbawah sampai dengan unit satuan masyarakat lapis menengah dan atas.
·         Kepribadian terpercaya, hanya dibangun melalui proses panjang relasi dan interaksi sosial secara harmonis. Menurut literatur sosiologi, norma-norma sosial yang harus dipatuhi ialah: cara (usage, bentuk perbuatan), kebiasaan (folkways,perbuatan yang diulang-ulang daalam bentuk yang sama), tata kelauan (mores, alat yang memerintahkan dan melarang seorang anggota masyarakat melakukan suatu pebuatan), adat istiadat (costum)
·         Status terhormat, seseorang menyandang predikat terhormat secara sosial.
Ethos harus tunduk kepada kaidah sosiologis: pikiran baik (good sense), akhlak baik (good moral character), dan maksud baik ( good will). Tanpa pikiran baik dalam diri komunikator institusional, komunikasi massa hanya akan melahirkan riksi dan konflik sosial. Isi pemberitaan media massa hanya akan dimuati dengan prasangkaan, pola pikir negatif, dan potensi konflik yang meruncing antar unsur masyarakat dengan lembaga-lembaga kenegaraan serta kebudayaan.


PATHOS
Pada dimensi ini komunikator media massa melalui pesan-pesan yang diproduksi dan disebarluaskannya ditantang untuk senantiasa mampu menyentuh hati khalayak. Media juga harus menjadi penggerak aksi solidaritas sosial.
LOGOS
Pada dimensi ini, komunikator media massa disyaratkan menguasai materi pesan dengan baik, berkualitas tinggi, memilliki nilai jual prima, sarat data, dengan diperkuat latar belakang serta argument-argumen yang meyakinkan. Menurut sosiologi apakah latar belakang sosial komunikator komunikasi massa memengaruhi bentuk, isi, dan kualitas pesan yang disebarluaskan kepada khalayak?
Dilihat dari perspektif logos, media massa papan atas (mainstream) sering dianggap bersikap asocial. Media massa kurang dapat menggali realitas dan problematika sosial dari bawah, atau dari lokasi-lokasi peristiwa yang sering sulit dijangkau sarana transfortasi modern. Orientasi media lebih ke bersifat vertikal daripada horizontal dan diagonal.

Daya Tarik Komunikator
Dalam teori komunikasi seorang komunikatot harus memiliki daya Tarik secara fisik, dia tidak serta merta melepaskan diri dari kaidah dan norma-norma atau ikatan kelompok agar kelak tak melahirkan friksi dan konflik. Seorang komunikator media massa jika ingin meraih sukses tidak ada pilihan lain kecuali kecuali masuk dalam realitas aneka tuntutan serta konsekuensi yang menyertainya.
Kepercayaan kepada Komunikator
Kepercayaan yang besar akan meningkatkan daya perubahan sikap, serta kepercayaan yang kecil akan mengurangi daya perubahan yang menyenangkan. Kepercayaan kepada komunikator akan mencerminkan pesan yang diterima komunikan akan dianggap benar dan sesuai dengan kenyataan empiris. Komunikator media massa adalah orang-orang yang mesti tunduk kepada filosofi dan visi misi pembelajaran seumur hidup, jika tidak maka keahlian yang dimilikinya akan tumpul dan tertinggal. Dalam redaksi yang berbeda, para komunikator media massa perlu membangun kepercayaan sosial secara terencana dan sisitematis agar reputasi dan kredibilitas dirinya tetap tinggi dimata public.
Sosiologi Pesan dalam Komunaikasi Mass
Menurut pakar komunikasi Wilbur Schramm empat kondisi sukses dalam komunikasi yaitu:
·         Pesan dirancang secara menarik
Dilakukan dengan dua cara yaitu dengan pengorganisasian pesan (deduktif=mendahulukan kesimpulan disusul kemudian dengan penjelasan dan uraian. Induktif=menguraikan terlebih dahulu latar belakang dan penjelasan kemudian diakhiri dengan kesimpulan. Kronologis=disusun berdasarkan waktu atau urutan peristiwa. Logis=berdasarkan hubungan sebab-akibat. Spasial=berdasarkan urutan dimensi tempat dan ruangan. Topikal=berdasarkan penetapan topik atau pokok bahasan tertentu). Dan pengaturan pesan.
·         Pesan menggunakan simbol yang sama
·         Pesan membangkitkan kebutuhan khalayak
·         Pesan memberikan jalan keluar atau alternatif tindakan
Pengaturan Pesan Dalam Komunikasi Massa
Teori Hollingsworth
Pesan yang baik harus memenuhi lima kategori agar dapat memengaruhi khalayak yaitu:
·         Perhatian, menunjuk kepada wilayah dan titik tekan secara psikologis.
·         Minat, contohnya minat membaca, nonton, membeli, dan lain-lain
·         Kesan, contohnya pemberitaan media massa tentang daftar pemilih tetap (DPT) bermasalah dalam pemilu legislatif 9 April 2009, telah melahirkan kesan negatif tentang komisi pemilihan umum (KPU).
·         Keyakinan, keyakinan harus diperoleh dengan cara memberikan argument-argumentasi logis, teoritis dan empiris.
·         Pengarahan
Teori Raymond S. Ross
Teori ini dikenal dengan rumus atau teori ANPORA yaitu:
·         Perhatian
·         Kebutuhan
·         Rencana
·         Keberatan
·         Peneguhan
·         Tindakan
Teori Alan H. Monroe
Dikenal dengan sebutan ANSVA
·         Attention (perhatian)
·         Need (kebutuhan)
·         Satisfaction (pemuasan)
·         Visualization (penggambaran)
·         Action (tindakan)
Penelitian Isi Pesan dalam Komunikasi Massa
Tokoh Orang Ternama dalam Biografi
Realitas dalam Drama Televisi

BAB 6
SOSIOLOGI KHALAYAK DALAM KOMUNIKASI MASSA
SIAPA KHALAYAK DALAM KOMUNIKASI MASSA?
Komunikasi Massa Perspektif Sosiologi
Dalam Bahasa sosiologi, berbiccara lantang berapi-api dengan tangan terkepal ke udara dari atas panggung kampanye pemilu yang dihadiri ratusan atau ribuan orang dilapangan terbuka seperti stadion sepak bola adalah komunikasi massa. Komunikasi massa seperti itu dalam komunikologi disebut public speaking. Pembicara dalam public speaking disebut speaker atau orator . Orator adalah adalah ahli pidato yang memukau massa, sedangkan speaker mengandung pengertian netral. Rumusnya seorang orator dengan sendirinya seorang speaker, tetapi seorang speaker belum tentu seorang orator.
Komunikasi massa dalam perspektif sosiologi menunjuk pada satu dimensi ruang dan satu dimensi waktu atau dalam satu tempat dengan jumlah orang yang terbatas karena dengan demikian ia bisa memengaruhi, mengendalikan dan menggerakkan massa untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu pada saat bersamaan secara serempak. Dalam Bahasa intelijen disebut sebagai penggerak atau agitator massa.
Komunikasi Massa Perspektif Komunikologi
Dalam pandangan ini, komunikasi massa bukanlah berbicara diatas panggung dengan ratusan atau ribuan orang di suatu tempat secara langsung akan tetapi dalam bentuk surat kabar, majalah, radio, televisi, dan media online internet atau dilaksanakan secara tekhnologikal yang sifatnya institusional. Jadi kalo dalam perspektif sosiologi bersifat terbatas sedangkan komunikologi bersifat tak terbatas.
Khalayak Media Komunikasi Massa
Media massa baru akan berpengaruh jika sebelumnya ia berhasil menjalin kedekatan dengan khalayak. Dikutif dari La Piere khalayak media komunikasi massa memiliki keterikatan sosial yang sangat tinggi dengan lingkungannya.khalayak media tidak seperti dilukiskan dalam teori jarum hipodermik yang selalu menerima pesan tanpa reserve dan pengaruh media begitu perkasa. Orang berhubungan dengan media karena punya tujuan tertentu dan bukan karena pasrah atau dengan sukarela dirinya siap dipengaruhi media. Dan juga orang cenderung mempercayai kelompok sosial terdekatnya darpada mempercayai pesan media massa. Jadi, sumber rujukan utama khalayak bukanlah media melainkan kelompok, ikatan-ikatan dan norma sosial setempat.
PRINSIP UMUM PERILAKU KHALAYAK KOMUNIKASI MASSA
1.     Prinsip Semua atau Tidak Sama Sekali
2.     Prinsip Pendidikan
3.     Prinsip ekonomi
4.     Prinsip usia
PENELITIAN SOSIOLOGI KHALAYAK DALAM KOMUNIKASI MASSA
Penelitian Mengenai Peran para Pemuka Pendapat
·         Kata Wright, para pemuka pendapat terdapat pada seluruh struktur sosial. Pesan yang ingin disampaikannya ialah bahwa pengaruh personal mengalir bukan hanya dari atas ke bawah dalam masyarakat, melainkan juga secara horizontal dalam kelas sosial atau kelompok lainnya.
·         Pemuka pendapat diketahui sebagai orang-orang yang waspada, tertarik, dan aktif secara politis.
·         Para pemuka pendapat lebih banyak diterpa kampanye media massa daripada yang bukan pemuka pendapat dan pemakai media massa terbanyak daripada yang bukan pemuka pendapat.
·          Pemuka pendapat telah menggunakan gagasan dan informasi yang diperoleh dari media massa dalam nasihat dan penerangan yang mereka sampaikan kepada pengikutnya. Salah satu fungsi pemuka pendapat merupakan perantara Antara media massa dengan orang lain dalam kelompok mereka.
Penelitian Perilaku Komunikasi Tokoh lokal dan Kosmopolitan
Robert K. Merton merupakan sosok literatur komunikasi Amerika dengan buku Lazarsfeld dan Stanton. Merton telah mengidentifikasi pemuka pendapat sebagai local influentials tokoh lokal dan cosmopolitan influential atau tokoh cosmopolitan. Tokoh lokal lebih memikirkan hubugan-hubungannya dengan masyarakat sendiri sedangkan tokoh kosmopolitan selain memikirkan masyarakat kotanya juga berurusan dengan dunia yang lebih luas, baik nasional maupun internasional serta masalah-masalahnya.
Pengaruh sosial kehadiran pemuka pendapat sebagai tokoh lokal maupun cosmopolitan yaitu:
·         Tokoh lokal cenderung bersifat polimorphis maksudnya mampu memberikan pengaruh dalam berbagai bidang dan asfek kehidupan dan fungsi itu di akui oleh komunitas lokal setempat.
·         Tokoh kosmopolitan bersifat monomorphis, mampu memberikan pengaruh terbatas sesuai dengan tingkat keahlian, pendidikan, penguasaan pengalamannya masing-masing.
Penelitian Pengaruh Personal Para Pemuka Pendapat
·         Mereka tertarik untuk menetapkan dampak pengaruh personal dibandingkan dengan media massa dalam empat pengambilan keputusan yakni: pemasaran, mode, masalah kemasyarakatan dan pemilihan film.
·         Mereka telah meneliti karakteristik yang telah membedakan pemuka pendapat dalam keempat bidang tersebut, khususnya mengenai kedudukan pemuka pendapat dalam siklus kehidupan, misalnya: wanita muda atau yang sudah berkeluarga, status sosial ekonomi dan pola persahabatan.
·         Mereka meneliti arus pengaruh misalnya: apakah arus itu berlangsung dari wanita yang lebih tua kepada wanita yang lebih muda atau dari wanita kaya ke wanita miskin.
·         Mereka telah mempelajari bagaimana pengaruh personal  berkaitan dengan media massa, yaitu bagaimanakah kebiasaan komunikasi para pemuka pendapat itu dan pada gilirannya sejauh mana para pemuka pendapat dipengaruhi oleh media massa.
Lima karakteristik yang menguntungkan bagi hubungan personal:
1.       Kontak personal lebih kasual (sepintas), kurang bertujuan dan sulit di hindari daripadakomunikasi massa.
2.       Komunikasi tatap muka memungkinkan fleksibilitas yang lebih besar dari isi pesan.
3.       Hubungan personal yang langsung dalam komunikasi tatap muka dapat meningkatkan ganjaran bagi penerimaan pesan atau argumen dan hukuman untuk penolakannya,
4.       Sebagian orang cenderung pada pertimbangan dan pandangan pada orang-orang yang mereka kenal dan hormati daripada pertimbangan dan pandangan dari komunikator massa yang impersonal.
5.       Dengan kontak personal, komunikator kadang dapat mencapai maksudnya tanpa bersungguh-sungguh membujuk khalayak untuk menerima pandangan baru.
Peneliti Pencarian dan Kepemimpinan Pendapat
Kepemimpinan pendapat bukanlah sifat individu melainkan tindakan sosial  atau serangkaian tindakan yang melibatkan interaksi dua orang atau lebih. Secara sosiologis, kepemimpinan pendapat masih sangat diperlukan dalam berbagai bidang kehidupan yang bergerak dinamis melalui pola tata hubungan sosial dan aturan main yang bersifat demokratis dan humanis.
Demokratis menunjukkan tak ada demokrasi atau bahkan intervensi satu kelompok terhadap kelompok lainnya, terdapat prinsip equalitas yang dihargai bersama. Humanis menunjukkan apapun produk kebijakkan atau peraturan yang ditetapkan pemerintah bersama parlemen selayaknya diarahkan untuk lebih memuliakan manusia.
ALASAN DI BALIK PEMILIHAN MEDIA MASSA
ü Prinsip Kemudahan
Schramm menyatakan bahwa peran, kebiasaan, dan tradisi juga memengaruhi pemilihan media. Misalnya, menonton televisi jika sudah biasa akan terus di lanjutkan karena tiap orang lebih mudah   mempertahankan kebiasaan daripada mengubahnya.
ü Prinsip Harapan Imbalan
Dalam prinsip ini orang-orang akan memilih media yang menurut harapannya akan memberikan imbalan terbesar. Contohnya bagi kalangan mahasiswa di kampus, mereka mau membca buku yang di anjurkan dosen hanya karena harapan imbalan mereka untuk memperoleh nilai tinggi pada saat ujian nanti.
ALASAN DI BALIK PENGGUNAAN MEDIA
Ø  Penggunaan Surat Kabar
Sebagai sumber informasi dan gagasan tentang berbagai masalah public yang serius, sebagai alat kontak sosial.
Ø Penggunaan Majalah
Sebagai orientasi sosial bagi wanita yang dapat mengajarinya hal-hal praktis seperti keterampilan memasak, menjahit dan bahkan mengurus rumah tangganya.
Ø Penggunaan Media Siaran
Ø Penggunaan Film-Film Koboi

KONSEP KHALAYAK DALAM KOMUNIKASI MASSA
*    Khalayak Sebagai Penentu Sikap
*    Khalayak Sebagai Pengelola Informasi
*    Khalayak Sebagai Perisai Ego
*    Khalayak Sebagai Penyenang Orang Lain
*    Khalayak Sebagai Anggota Kelompok
Rivers dan kawan-kawan menyimpulkan tiap orang menggunakan media secara berbeda. Usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status sosial ekonomi.

BAB 7
EFEK SOSIOLOGIS DALAM KOMUNIKASI MASSA
EFEK KEHADIRAN MEDIA KOMUNIKASI MASSA (Steven H. Caffe)
Efek berarti pengaruh dan akibat. Efek terkandung makna akibat, menurut Donald K Robert “efek hanyalah perubahan prilaku manusia setelah diterpa pesan media massa”, sebagai contoh kehadiran televisi bagi kalangan petani membuatnya terlambat dua jam pergi ke ladang dan sawah karena kehadiran televise berakibat kepada penjadwalan waktu tidur dan perubahan prilaku sosial mereka.
·        Efek Ekonomis
Pada efek ini baik masyarakat maupun pemerintah mendapatkan keuntungan yang besar dan karena efek ini lah memberikan peluang usaha bagi masyarakat untuk mendapatkan pendapatan dari pendirian lembaga penerbitan surat surat kabar, radio, televisi, dan media online lainnya juga seperti adanya pabrik, biro-biro jasa, rumah makan, kios dan lain sebagainya setelah kehadiran perusahaan media massa. Begitu pula untuk pemerintah, mereka memperoleh pendapatan dalam bentuk penerimaan pajak.
·        Efek Sosial
Efek sosial berkaitan dengan perolehan serta peningkatan status sosial orang-orang setelah di rumah mereka terdapat televisi. Semakin besar ukuran televisi dan semakin mahal harganya, semakin tinggi pula status sosial mereka di mata warga atau komunitas dan kelompok sosial setempat.
·        Efek Penjadwalan Kembali
Efek penjadwalan kembali menunjuk kepada perubahan atau pergeseran waktu serta prioritas kegiatan dan pekerjaan yang dilakukan para pemirsa televisi. Kehadiran televisi secara fisik dan tayangan acaranya, disadari atau tidak telah menciptakan, mengubah bahkan menggeser agenda aktivitas sosial dan individual. Agenda individual dan sosial masyarakat menjadi terbalik, bukan televisi yang menyesuaikan dengan agenda masyarakat melainkan masyarakatlah yang menyesuaikan dengan agenda siaran televisi dan kini masyarakat semakin lama semakin bergantung pada televisi.
·        Efek Penghilangan Perasaan Tertentu
Steven H cafee menunjukkan dua hal yang parallel. Pertama, media massa mampu menghilangkan perasaan tertentu. Kedua, media massa mampu menumbuhkan perasaan seperti senang dan percaya terhadap media massa. Percaya, karena televise adalah dunia gambar. Dalam dunia jurnalistik televise dinyatakan “seeing is believing” dengan melihat barulah pemirsa akan percaya. Dalam semboyan televise, berita adalah gambar dan gambar adalah berita.
KOMUNIKASI MASSA SEBAGAI MASALAH SOSIAL (Paul Lazarsfeld dan Robert K. Merton)
o   Ubiquity
Menunjuk kepada sifat media yang hadir dimana-dimana. Seperti radio memiliki daya tembus yang luar biasa yang dapat kita ikuti siarannya kapan dan dimanpun kita berada dengan pesawat transistor sederhana.
o   Status Quo
Artinya adalah tidak berubah, tidak bergerak, diam, stagnan, tidak aktif atau berada dalam kondisi serta situasi yang sama. Kalangan kritikus sosial melihat, media massa dengan kekuatan serta daya yang dimilikinya dapat mempertahankan status quo terutama dalam kehidupan bidang ekonomi dan sosial-politik. Contohnya ”media massa dapat digunakan oleh kelompok kepentingan untuk mempengaruhi pemerintah maspempertahankan kebijakan suku bunga tinggi. Hal ini memukul masyarakat kalangan bawah-menengah karena dengan kebijakan suku bunga tinggi mereka tidak akan dapat memiliki pekakas rumah tangga, rumah dan kendaraan secara kredit karena harganya sangat mahal.
o   Kemerosotan Cita Rasa Estetis
Media massa memberikan pengaruh yang bisa membawa gaya hidup baru yang serba pragmatis, serba gampangan, dan instan. Cita rasa estetis yang memberi tempat dan apresiasi tinggi kepada karya-karya seni dan karya cipta adiluhung dianggap sebagai kemubaziran abad modern. Perlawanan tradisionalisme atas modernism yang terjadi, tradisionalisme tidak bisa menerima pandangan dan keyakinan kaum modernis yang menyatakan segala sesuatu yang baru dan modern pasti baik dan segala sesuatu yang lama-kuno itu pasti tidak baik atau tidak bermanfaat.
o   Penghilangan Sukses Sosial
Dulu di Indonesia tidak adanya pemilihan langsung presiden, gubernur maupun wali kota yang melakukan demokrasi besar-besaran dengan menghabiskan dana miliaran bahkan triliunan seperti sekarang. S ecara ekonomi ongkos demokrasi pemilihan tersebut terlalu tinggi dibandingkan dengan peningkatan derajat kesejahteraan masyarakat.
EFEK PROSOSIAL MEDIA KOMUNIKASI MASSA
Efek prososial menunjuk kepada derajat manfaat yang dikehendaki dan diperoleh masyarakat dari kehadiran dan pemberitaan media massa
§  Efek Prososial Kognitif
Efek prososial kognitif berarti media massa mampu memberikan sentuhan pengetahuan dan pengalaman kognitif kepada orang-orang yang menerima terpaanya, apakah itu melalui surat kabar, majalah, radio, tv maupun acara film
§  Efek Prososial Afektif
Dalam komunikologi efek ini berarti media massa mampu memberikan sentuhan kejiwaan dan perasaan (psikologis) dalam bentuk belas kasihan, rasa iba, kasih sayang, dukungan, dan sikap pemihakan secara kemanusiaan kepada orang-orang yang menerima terpaan media tersebut.
§  Efek Prososial Behavioral
Dalam komunikologi efek ini berarti media massa mampu memberikan ajakan serta gerakan dalam bentuk suatu atau berbagai perbuatan kongkret kepada orang-orang yang menerima terpaan media seperti yang dikehendakinya. Efek ini lebih menekankan kepada tindakan atau gerakan kolektif kelompok masyarakat dalam menyikapi laporan atau pemberitaan media massa.
EFEK KOMUNIKASI MEDIA MASSA DALAM SOSIALISASI
Sosialisasi adalah proses ketika individu mendapatkan kebudayaan kelompoknya dan menginternalisasikan norma-norma sosialnya sehingga membimbing orang itu untuk memperhitungkan harapan orang lain. Sosiologi tidak pernah total dan merupakan proses yang terus berlangsung.
·         Data Prilaku Manusia, dilihat dari tingkat usia.
·         Bukti Pengguanan Media
·         Daya Serap Norma Sosial dari Media Sosial
·         Derajat Media Massa sebagai Sumber Normatif
EFEK SOSIAL DALAM PERSUASI MEDIA MASSA
EFEK PORNOGRAFI DAN PENGGAMBARAN KEKERASAN
Menurut Joseph Klapper pembentukkan dan perubahan sikap, pengaruh media massa ada lima prinsip:
1.       Pengaruh media massa diantarai oleh factor-faktor seperti predisposisi personal, proses selektif, dan keanggotaan kelompok.
2.       Karena factor-faktor ini, komunikasi massa biasanya berfungsi memperkokoh sikap dan pendapatan yang ada walaupun kadang-kadang berfungsi sebagai media pengubah.
3.       Bila komunikasi massa menimbulkan perubahan sikap, perubahan kecil pada intensitas sikap lebih umum terjadi daripada “konversi” (perubahan seluruh sikap) dari satu sisi masalah ke sisi yang lain.
4.       Komunikasi massa cukup efektif dalam mengubah sikap pada bidang-bidang ketika pendapat orang lemah, misalnya pada iklan komersial.
5.       Komunikasi massa cukup efektif dalam menciptakan pendapat tentang masalah-masalah baru bila tidak ada predisposisi yang harus diperteguh.
Efek Pornografi
Menurut Burhan Bungin pornografi (cetak-visual) memiliki kedekatan dengan pornoteks, karena gambar dengan teks dapat disatukan dalam media cetak. Sedangkan untuk pornoaksi dapat bersamaan kemunculannya dengan pornografi (elektronik) karena ditayangkan di televise. Kemudian pornosuara dapat bersamaan muncul dalam media audiovisual. Varian porno tersebut dalam media jaringan internet dapat disebut sebagai cybersex, cyberporn.
Efek Kekerasan
Adegan kekerasan pada televisi dengan sendirinya dapat memicu masyarakat untuk bersikap bringas dan berperilaku anarkis terutama pada anak-anak.
TIPOLOGI EFEK MEDIA KOMUNIKASI MASSA
Menurut Denis McQuail yakni:
Ø  Efek komunikasi massa yang di inginkan
Ø  Efek komunikasi massa yang tidak diinginkan
Ø  Efek rentang atau lingkup jangka pendek (faktor disengaja dan tidak disengaja)
Dalam kategori disengaja seperti variabel tangapan individu dan variabel kampanye media. Dalam kategori tidak disengaja, variabel reaksi kolektif dan reaksi individu.
Ø  Efek rentang atau lingkup jangka panjang
Dalam kategori disengaja, variabel penyebaran dalam pembangunan dan distribusi pengetahuan. Untuk kategori tidak disengaja ada empat variabel yakni: pengendalian sosial, sosialisasi, penentuan realitas, dan perubahan lembaga.
Tanggapan individu. Proses ketika individu berubah atau menolak perubahan sebagai tanggapan terhadap pesan yang dirancang untuk memengaruhi sikap, pengetahuan dan perilaku.
Kampanye media. Mengisyaratkan situasi ketika sejumlah media digunakan untuk mencapai tujuan persuasif atau informasional dalam populasi yang dipilih.
Reaksi individu. Konsekuensi pendekatan yang tidak direncanakan atau tidak dapat diperkirakan oleh seseorang terhadap stimulasi media.
Reaksi kolektif. Dampak yang sama dialami secara serentak oleh banyak orang yang menimbulkan tindakan bersama, biasanya tindakan yang tidak teratur atau tidak dilembagakan.
Penyebaran dalam pembangunan. Penyebaran inovasi yang direncanakan untuk kepentingan pembangunan jangka panjang.
Distribusi pengetahuan. Konsistensi aktivitas media dalam lingkup berita dan informasi bagi pendistribusian pengetahuan di antara berbagai kelompok sosial, kesadaran peristiwa yang berubah dan prioritas yang ditetapkan pada aspek realitas.
Sosialisasi. Kontribusi media yang tidak formal terhadap pembelajaran dan penerapan norma, nilai, peran sosial.
Pengendalian sosial. Mengacu pada kecenderungan sistematis untuk menyebarkan konformitas terhadap tata tertib yang diterapkan dan menegaskan keabsahan wewenang yang ada.
Perubahan lembaga. Hasil adaptasi yang tidak direncanakan oleh lembaga yang ada terhadap perkembangan dalam media, khususnya yang memengaruhi fungsi komunikasinya.
Penentuan realitas. Proses yang serupa tetapi berbeda karean lebih berkaitan dengan kognisi (pengetahuan dan opini) daripada nilai dan tidak timbul dari upaya manipulasi yang tidak disengaja tetapi dari kecenderungan sistematis dalam media untuk menyajikan versi realitas yang tidak lengkap dan tidak jelas.
QUAIL MENAWARKAN EMPAT TEORI YAKNI:
ü Teori Penataan Realitas
Dampak media terjadi secara tidak disadari, sebagai hasil kecenderungan organisasi, praktik bidang keahlian dan batasan teknis
ü Teori spiral kebisuan
Dikembangkan oleh Neolle-Neumann (1974), yang bertitik tolak dari asumsi dasar bahwa pada umumnya secara alamiah memiliki rasa takut terkucil. Dalam pengungkapan opini mereka berusaha menyatu dengan mengikuti opini mayoritas atau konsensus. Semakin tersebar versi konsensus opini yang dominan oleh media massa dalam masyarakat semakin senyap pula suara perorangan yang bertentangan yang meningkatkan dampak media dan juga proses spiral.
ü Teori Pengolahan
Teori menunjukkan tingkat keperkasaan media seperti ditunjukkan dalam peluru atau teori jarum hipodermik. Dalam era modern yang serba canggih dengan tingkat intelektualitas masyarakat relatif sangat tinggi tetapi jika dihadapkan kepada realitas dan ideology televisi hailnya tidak banyak berubah. Kita cenderung dikendalikan oleh tv bukan kita yang seharusnya mengendalikan tv.
ü Teori Pengendalian Sosial
Teori berpendapat bahwa tindakan media mendukung nilai-nilai dominan dalam masyarakat atau bangsa melalui gabungan pilihan pribadi dan lembaga, tekanan dari luar serta antisipasi tentang apa yang diharapkan dan diinginkan khalayak yang besar dan heterogen.

BAB 8
DIMENSI SOSIOLOGIS FUNGSI KONTROL SOSIAL MEDIA MASSA
KONTROL SOSIAL MEDIA
Kontrol sosial Merupakan salah satu fungsi pers yang sangat penting terutama di Negara yang menerapkan system pemerintahan yang demokratis. Kekuatan utama media massa sebagai alat kontrol sosial terletak pada fungsinya sebagai pengawasan lingkungan. Pelaksanaan fungsi kontrol sosial oleh pers sebagian besar ditujukan kepada pemerintah dan aparatnya agar selalu membela masyarakatnya.
v  Kontrol Sosial Preventif
Preventif berarti media massa melakukan langkah-langkah pencegahan dan antisipatif agar masyarakat tidak menyimpang dari nilai-nilai dan norma-norma sosial budaya agama yang ada.
v  Kontrol Sosial Represif
Represif berarti media massa memberikan sanksi terhadap anggota masyarakat yang di yakini melanggar nilai-nilai dan norma sosial budaya agama yang berlaku.
Dalam Bahasa sosiologi, kontrol sosial yang dilakukan sebelum terjadinya pelanggaran atau dalam versi “mengancamkan sanksi” di sebut kontrol sosial yang bersifat preventif.  Sedangkan kontrol sosial yang di lakukan setelah terjadi pelanggaran dengan maksud hendak memulihkan keadaan agar bisa berjalan seperti semula disebut kontrol sosial yang bersifat represif.
Terdapat dua masalah pokok yang erat kaitannya dalam masalah kontrol sosial: konformitas dan deviasi.
Konformitas adalah penyesuaian diri dengan masyarakat dengan mengikuti norma-norma yang berlaku.
Deviasi adalah penyimpangan dari kaidah-kaidah dan nilai-nilai dalam masyarakat.

FAKTOR PENYEBAB PELANGGARAN NORMA SOSIAL
·        Kaidah tidak memuaskan bagi pihak tertentu atau karena tidak memenuhi kebutuhan dasarnya.
·        Kaidah kurang jelas perumusannya sehingga menimbulkan aneka penafsiran dan penerapan.
·        Dalam masyarakat terjadi konflik antara peranan-peranan yang dipegang masyarakat.
·        Tidak mungkin mengatur kepentingan masyarakat secara merata
JENIS SANKSI DALAM KONTROL SOSIAL
o   Sanksi bersifat fisik (anggota tubuh seperti dicambuk, dirajam, digantung dan disiksa)
o   Sanksi bersifat psikologis (pemberian hukuman bersifat kejiwaan, dipermalukan, dikucilkan, dihina)
o   Sanksi bersifat ekonomik (penghilangan harta benda/kekayaan, penyitaan bangunan)
JENIS KONFORMITAS DALAM KONTROL SOSIAL
Untuk mengusahakan terjadinya konformitas, kontrol sosial dapat dilaksanakan dengan menggunakan insentif positif. Insentif adalah dorongan positif yang akan membantu individu untuk segera meninggalkan pekerti-pekertinya yang salah atau menyimpang.
v  Insentif bersifat fisik (jabatan tangan, pelukan, ciuman dan lain-lain)
v  Insentif bersifat psikologis (penghargaan, dipuji, sanjungan)
v  Insentif bersifat ekonomik (pekerjaan, uang, hadiah, jabatan)
JENIS DEVIASI DALAM KONTROL SOSIAL
v  Tindakan nonkonformitas, perilaku yang tidak sesuai atau bertentangan dengan nilai-nilai atau norma sosial yang ada dalam suatu masyarakat. Seperti meludah di kantor, merokok di kendaraan, membuang sampah ke tepi jalan, mencoret-coret, menyontek dan yang lainnya yang dianggap sebagai penyimpangan kecil.
v  Tindakan anti sosial/asosial, perbuatan yang dapat dikategorikan melawan kebiasaan masyarakat dan kepentingan umum. Seperti menjadi pelaku dan membuka praktik prostitusi, melakukan penyimpangan seksual, mengosumsi narkoba, mengurung diri dan tidak mau bergaul dengan masyarakat lain.
v  Tindakan kriminal, tindakan yang nyata-nyata telah melanggar aturan-aturan hukum tertulis dan mengancam jiwa atau keselamatan orang lain. Seperti pencurian, perampokan, pembunuhan, korupsi, perkosaan, dan lain sebagainya.

TEORI DEVIASI PERSPEKTIF SOSIOLOGI KOMUNIKASI MASSA
·         Teori Anomie
Teori ini berasumsi bahwa penyimpangan adalah akibat dari adanya berbagai ketegangan dalam suatu struktur sosial sehingga ada individu-individu yang mengalami tekanan dan akhirnya menjadi menyimpang.
·         Teori belajar
Penyimpangan perilaku yang dilakukan seseorang atau kelompok tidaklah datang tiba-tiba melainkan hasil dari proses belajar
·         Teori labeling
·         Teori kontrol
·         Teori konflik
Dalam analisis sosiologi komunikasi massa, konflik paling tidak dapat dilihat dari dua perspektif: redaksional dan komersial. Perspektif redaksional, media memiliki tanggung jawab sosial serta etika profesional untuk mengecikan bahkan memadamkan konflik, bukan membakar atau membesarkan konflik. Perspektif komersial, menegaskan komitmen sekaligus orientasi media massa dalam mencari keuntungan.

BAB 9
TEKNOLOGI INFORMASI, CYBERSPACE, DAN HIPER-REALITAS MEDIA
Tekhnologi informasi adalah segala bentuk tekhnologi yang diterapkan untuk memproses dan nmengirimkan informasi dalam bentuk elektronis. Lahirnya era komunikasi interaktif ditandai dengan terjadinya diversifikasi teknologi informasi, yaitu bergabungnya telepon, radio, computer dan televise menjadi satu dan menandai teknologi yang disebut dengan internet.
Dalam internet kita menemukan cyberspace (dunia maya) dan cybercommunity (masyarakat maya). Pada awalnya masyarakat maya merupakan sebuah fantasi manusia tentang dunia lain yang lebih maju dibandingkan dengan dunia saat ini. Fantasi adalah sebuah hiper-realitas manusia tentang nilai, citra dan makna kehidupan manusia sebagai lambang dari pembebasan terhadap kekuasaan materi dan alam semesta.
·         Proses Sosial dan Interaksi Sosial, dalam dunia maya sebagai masyarakat maya
·         Kelompok Sosial Maya, terdiri dari dua model yaitu kelompok intra : keanggotaan seseorang dalam unit-unit kelompok intra yang berpusat pada server tertentu, kelompok ini biasa disebut intranet. Kelompok inter: sambungan server to server melalui system internet dengan menggunakan teknologi satelit disebut internet.
·        Kebudayaan dan Masyarakat Maya
·        Pranata dan Kontrol Masyarakat Maya, membangun kebutuhan masyarakat maya tanpa saling merugikan.
·        Stratifikasi Sosial dan Kekuasaan, pembentukan stratifikasi masyarakat maya ditentukan pada seberapa besar kepemilikan jaringan dan informasi yang dapat diakses darinya.
·        Perubahan Sosial Masyarakat Maya
Masyarakat maya menggunakan seluruh metode kehidupan masyarakat nyata sebagai model yang dikembangkan dalam segi-segi kehidupan masyarakat maya. Hiper-realitas media menciptakan satu kondisi sedemikian canggih sehingga didalam kesemuanya dianggap lebih nyata daripada kenyataan, kepalsuan dianggap lebih benar daripada kebenaran, isu lebih dipercaya dibandingkan dengan informasi, rumor dianggap lebih benar dibandingkan dengan kebenaran. Hiper-realitas media tidak terlepas dari perkembangan tekhnologi media yang disebut dengan tekhnologi simulasi.
HIPER-REALITAS MEDIA DAN DAMPAK SOSIOLOGIS
Dalam konteks media, simulasi adalah penciptaan realitas media yang tidak lagi mengacu pada realitas di dunia nyata sebagai referensinya sehingga ia menjadi semacam realitas kedua yang referensinya adalah dirinya sendiri yang disebut simulacrum.
Dampak sosiokoltural hiper-realitas media yang ditunjukkan Piliang.
§  Disinformasi
§  Depolitisasi, tidak memiliki kedaulatan dan pilihan untuk bersikap, bertindak dan mengambil keputusan mengenai posisi serta eksistensi dirinya dan orang lain dalam suatu kelompok atau komunitas di ruang publik.
§  Banalitas informasi, informasi yang bersifat remeh temeh dan berkadar “limbah serta sampah”, justru dijadikan komoditas, disiarkan, ditayangkan berulang-ulang, dikemas dalam aneka acara yang kadang-kadang dikesankan intelektual, berwibawa, bermartabat dan berkelas.
§  Fatalitas informasi, kecenderungan pembiakan informasi kearah titik ekstrem, yakni kearah melampaui nilai guna, fungsi dan maknanya, yang mengiring kearah bencana (catastrophe), berupa kehancuran system komunikasi (bermakna) itu sendiri.
§  Skizoprenia, menurut definisi Jacques Lacan adalah putusnya rantai pertandaan, yaitu rangkaian sintagmatis penanda yang bertautan dan membentuk satu ungkapan atau makna. Penanda (signifier), petanda (signified).
§  Hipermoralitas, penunjukkan dan prilaku moral yang melampaui batas-batas kepatutan, kewajaran dan konvensi, dan kesepakatan sosial.
DIHIFER-REALITAS MEDIA DAN ALTERNATIF SOLUSI
Hiper-realitas media dapat menciptakan image seorang penjahat (koruptor, penjarah Negara, pembunuh rakyat) sebagai seorang pahlawan. Sebaliknya image seorang pejuang demokratis sebagai sisa-sisa komunisme.
§  Dehifer-realitas Media, menurut Piliang kondisi ini yaitu pengendalian ekstremitas komunikasi dan informasi melalui regulasi sampai pada sebuah batas yang di dalamnya informasidapat diinterpretasikan dan dicerna oleh masyarakat secara logis dan bermakna.
§  Civic Education, menunjuk kepada pengertian, istilah, definisi, atau praktik pendidikan kewarganegaraan. Civic education mengajarkan anak didiknya untuk mencintai negaranya dalam bentuk kesadaran, kepedulian, dan warga yang taat hukum dan cinta tanah air.
§  Counter Media, merupakan media-media public (tv, radio dan Koran public) yang tumbuh dari public, diawasi oleh public, dan mampu memperjuangkan kepentingan-kepentingan public yang sangat beraneka ragam (keadilan, kesejahteraan, kesetaraan dan kebebasan).
§  Media watch, lembaga-lembaga pemantau media oleh kalangan elit terpelajar, dan kaum intelektual.
§  Media Literacy, literasi adalah kemampuan seorang individu untuk membaca dan menulis yang ditandai dengan kemampuan memahami pernyataan singkat yang ada hubungannya dengan kehidupan. Dalam konteks hiper-realitas literasi media diarahkan untuk membangun gerakan kesadaran kultural dan gerakan intelektual bersama mengenai pentingnya menyikapi arus informasi media agar lebih bermanfaat bagi kelangsungan kehidupan dan kebudayaan.
§  Komunikasi keluarga.