NAMA : RIZA NUR AZIZAH
NPM : C1021511RB4008
JURUSAN ILMU KOMUNKASI
BAB 1
PENGERTIAN DAN RUANG
LINGKUP KOMUNIKASI MASSA
DEFINISI
KOMUNIKASI
Komunikasi adalah suatu proses, berisi tentang penyampaian
atau pertukaran ide, gagasan, atau informasi dari seseorang kepada orang lain,
dan menggunakan simbol-simbol yang dipahami maknanya oleh komunikator dan
komunikan. Hakikat komunikasi sendiri menurut
Onong Uchajana Effendy adalah proses pernyataan antarmanusia dalam
bentuk pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan
Bahasa sebagai alat penyalurnya.
PROSES
KOMUNIKASI
§ Proses Komunikasi Primer
Merupakan proses penyampaian pikiran dan perasaan oleh
komunikator kepada komunikan dengan menggunakan suatu lambang atau simbol
sebagai media atau saluran, lambang biasanya berupa Bahasa akan tetapi hal ini
dapat dijelaskan pula sebagai gesture yakni gerak anggota tubuh, gambar dan
warna. Bahkan dalam komunikasi biasa di sebutkan dalam komunikasi verbal
(Bahasa) dan nonverbal (isyarat). Contoh dari komunikasi primer seperti seorang
murid yang mengacungkan tangannya dan bertanya pada gurunya, seorang pasien penyakitnya
kepada dokter.
§ Proses Komunikasi Sekunder
Merupakan proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada
komunikan dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah
menggunakan media sebagai media pertama. Komunikasi sekunder lebih banyak
mengandalkan peralatan teknis daripada psikologis.
§ Proses Komunikasi Linear
Merupakan proses penyampaian pesan dari komunikator kepada
komunikan secara satu arah. Komunikasi linear, umunmya terjadi pada masyarakat
otokratis dan paternalistik. Secara sosiologis, komunikasi linear mencerminkan
adanya hubungan dan interaksi sosial atas-bawah (top to bottom) yang kontra
produktif.
§ Proses Komunikasi Sirkular
Kebalikan dari komunikasi linear yaitu komunikasi sirkular,
Secara harfiah sirkular berarti bulat, bundar, lingkaran. Ibarat sebuah lingkaran,
pesan dari satu titik mengalir ke titik yang lain, kemudian dari titik itu pesan
kembali bergerak menuju titik semula dan begitu seterusnya. Dengan demikian,
komunikan dan komunikator pada saat bersamaan berganti-ganti peran, ada saatnya
sebagai komunikator dan ada saatnya sebagai komunikan. Ia mengirimkan pesan,
tetapi pada saat yang bersamaan ia juga menerima pesan balik.
o
Umpan Balik Positif (positive feedback)
Merupakan tanggapan atau respon yang sesuai dengan kehendak
dan harapan komunikator dalam bentuk persetujuan, pemihakan, atau dukungan
komunikan terhadap pandangan, gagasan, atau
pernyataan yang dikemukakan oleh pihak komunikator. Dalam
umpan positif, kedua belah pihak sama-sama merasakan manfaatnya secara positif.
o Umpan
Balik Negatif (negative feedback)
Kebalikan dari umpan balik positif adalah umpan balik
negative. Artinya tanggapan yang dilontarkan oleh pihak komunikan tidak sesuai
dengan harapan dan keinginan komunikator.
o
Umpan Balik Nertral (netral feedback)
Merupakan tanggapan yang bersifat netral, artinya tidak
mendukung tetapi juga tidak menolak gagasan yang dikemukakan oleh komunikator.
Bagi seorang komunikator, umpan balik netral sesungguhnya tidak memberikan
energi positif yaitu tidak merasa mendapat dorongan, dukungan, maupun motivasi
untuk melanjutkan pembicaraan.
o
Umpan Balik Nihil (zero feedback)
Umpan balik nihil menunjuk kepada tanggapan yang tidak
memberikan keuntungan apapun kepada komunikator, dapat dikatakan si komunikan
adalah orang yang berkepala batu atau memiliki pilihannya sendiri.
o
Umpan Balik Seketika (direct feedback)
Merupakan tanggapan yang bersifat langsung, artinya
komunikan memberikan tanggapan pada saat itu juga, tidak tertunda-tunda atau
menunda.
o
Umpan Balik Tertunda (indirect feedback)
Merupakan tanggapan komunikan kepada komunikator yang
bersifat tidak langsung disampaikan pada saat itu juga.
PENGERTIAN
KOMUNIKASI MASSA
Komunikasi massa menunjuk kepada proses kegiatannya (media
activity) seperti, surat kabar, majalah, radio, televisi, internet dan lain
sebagainya.
Menurut Bittner (1980: 10) komunikasi massa merupakan pesan
yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang. Sedangkan
menurut Maletzke (1963) komunikasi massa merupakan setiap bentuk komunikasi
yang menyampaikan pernyataan secara terbuka melalui media penyebaran teknis
secara tidak langsung dan satu arah pada publik yang tersebar.
KARAKTERISTIK
KOMUNIKASI MASSA
·
Komunikator melembaga
Kumpulan individu dari berbagai keahlian
dalam ranah sejenis yang tergabung dalam
sebuah lembaga yang terorganisasi dengan rapih, baik, dan professional.
·
Komunikasi satu arah
·
Pesan umum diterima serempak
·
Ditujukan kepada khalayak tersebar, anonym dan
heterogen.
·
Selintas
Sosiologi
komunikasi merupakan kekhususan sosiologi dalam mempelajari interaksi
sosial yaitu suatu hubungan atau komunikasi yang menimbulkan proses saling
pengaruh-mempengaruhi antara para individu, individu dengan kelompok maupun
antar kelompok (soekanto, 1992: 471).
BAB 3
ANALISIS FUNGSIONAL DAN
DISFUNGSIONAL SERTA MODEL-MODEL KOMUNIKASI MASSA
Fungsi media
massa menurut beberapa ahli
Denis McQuail :
informasi, korelasi, sosialisasi (kesinambungan), rekreasi (hiburan), dan
mobilisasi.
Robert K. Merton dan
Paul Lazarsfeld : pengawasan (surveillance), korelasi (correlation),
transmisi budaya (cultural
transmission), penganugerahan status (ststus conferral), dan pengakhlakan
(ethiciting).
Charles Wright :
1)
Fungsi 3)
nyata 5)
pengawasan (berita)
Apakah dan dan dari 6) korelasi
2)
Disfungsi 4)
tersembunyi 7)
transmisi budaya
8) hiburan
9) penganugerahan status
Yang diadakan dengan bentuk komunikasi massa bagi
11) masyarakat
12) individu
13) subkelompok
14) system-sistem budaya
Pengawasan Oleh Media
Massa
Salahsatu konsekuensi positif dari pengawasan ialah bahwa
komunikasi massa memberikan peringatan mengenai ancaman dan bahaya yang
mengancam dunia, dengan peringatan lebih dulu masyarakat dapat memobilisasi dan
mencegah kerusakan. Selain itu, peringatan melalui komunikasi massa juga harus
memiliki fungsi tambahan, itulah fungsi egaliterianisme atau seseorang merasa
sama dengan orang lain. Namun pengawasan media massa juga dapat melahirkan efek
disfungsional yang mana dapat mengancam, membahayakan dan mencelakakan masyarakat.
Korelasi
Korelasi berarti bagaimana media massa membaca dan sekaligus
memberikan tafsir atau interpretasi terhadap berbagai informasi lingkungan
sosial dan fisik di sekitarnya.
Transmisi Budaya
Dalam Bahasa Charles wrigt transmisi warisan sosial (sosial
heritage) berfokus pada komunikasi pengetahuan, nilai-nilai, dan norma-norma
sosial dari satu genersi ke generasi lain atau dari anggota-anggota suatu kelompok kepada para pendatang baru. Menurut
Merton transmisi budaya media massa bisa berubah menjadi serangan balik yang
mematikan artinya media assa yang semestinya menjadi guru teladan dengan
mewariskan nilai dan norma-norma sosial dari generasi ke generasi lain malah
justru membawa petaka untuk melahirkan budaya baru yang buruk bagi masyarakat.
Hiburan
Hiburan merupakan salah satu fungsi media massa yang
digandrungi oleh masyarakat dengan cara yang mudah misalkan dengan menonton
televisi, fenomena ini menunjukan bahwa posisi dan eksistensi media massa
televisi dalam pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat yang sangat dominan.
MODEL-MODEL
KOMUNIKASI MASSA:
§
PERSPEKTIF
SOSIOLOGIS
Riley menunjuk pada peran primary group dan referency group dalam proses komunikasi. Primary group di tandai dengan hubungan
yang intim antaranggotanya, misalnya keluarga. Sedangkan referency group adalah kelompok
ketika seseorang belajar untuk mengenal sikap, nilai dan prilakunya.
Teory Riley hendak menunjukkan kelompok cukup berperan dalam proses dan
efektivitas komunikasi, termasuk komunikasi massa. Secara sosiologis,
komunikasi diantara anggota yang memiliki hubungan keddekatan fisik da psikis
seperti dalam sebuah keluarga (kelompok primer), akan lebih komunikatif,
efektif, dan produktif dalam menangani pesan-pesan media massa daripada
komunikasi yang terjadi di luar struktur dan kultur keluarga (kelompok
sekunder).
Model Jarum Hipodermik
Merupakan model komunikasi satu arah, berdasarkan anggapan
bahwa media massa memiliki pengaruh, langsung, segera, dan sangat menentukkan
terhadap khalayak komunikan (audience), menurut Elihu Katz:
1.
Media masssa yang sangat berpengaruh mampu
melaksanakan kehendaknya pada khayak komunikan yang sama sekali tidak berusaha
untuk mencoba berpikir lain.
2.
Khalayak komunikan yang otomatis (dianggap tidak
memiliki hubungan satu sama lain) terikat kepada media massa tetepi tidak
terikat kepada kelompoknya. Pengaruh media digambarkan sebagai suatu kekuatan
yang mengubah prilaku manusia tanpa dapat dihalangi oleh kekuatan apapun (Depari
dan Andrews,1985: 17-18).
Model Komunikasi Satu Tahap
Dalam model ini dinyatakan media massa sebagai saluran
komunikasi langsung berpengaruh terhadap khalayak komunikan, tanpa membutuhkan
peranan para pemuka pendapat sebagai penyebar informasi.
1.
Model komunikasi satu tahap mengakui bahwa tidak
semua media memiliki kekuatan pengaruh kekuatan yang sama’
2.
Model komunikasi satu tahap memperhitungkan
peranan selektivitas sebagai factor yang menentukan penerimaan khalayak komunikan.
3.
Model komunikai satu tahap mengakui kemungkinan
timbulnya reaksi yang berbeda dari khalayak komunikan terhadap pesan komunikasi
yang sama (Depari dan Andrews, 1985: 20)
Khalayak merupakan individu atau kelompok yang memiliki
perhatian selektif, persepsi selektif, terpaan selektif, dan tanggapan
selektif. Khalayak dalam Bahasa sosiologi memiliki posisi tawar (bargaining position) dan kekeuatan tawar-menawar (bargaining power) yang cukup tinggi.
Model Komunikasi Dua Tahap
Pada model ini menghubungkan media massa dengan komunikasi
antarpribadi, dan memanadang khalayak sebagai individu-individu yang
berinteraksi. Dalam perspektif sosiologis model komunikasi ini mengasumsikan
proses interaksi sosial yang cukup pekat antara pihak yang terlibat dalam
proses komunikasi. Melalui pemuka pendapat ide tersebut tersebar keseluruh
anggota masyarakat. Tahap pertama, dari sumber informasi kepemuka pendapat pada
umumnya merupakan pengalihan informasi, sedangkan untuk tahap kedua, dari
pemuka pendapat kepada pengikutnya merupakan penyebarluasan pengaruh. Pemuka
pendapat juga diasumsikan sebagai individu yang memiliki status sosial tinggi
dalam struktur sosial masyarakat setempat. Pemuka pendapat inilah yang
melakukan apa yang disebut dalam sosiologi sebagai kontak sosial dan komunikasi.
Menurut Eduard Depari dan Collin macAndrews, terdapat enam
kelemahan model komunikasi dua arah:
1.
Model ini menyatakan bahwa individu yang aktif
dalam mencari informasi hanya pemuka pendapat, sedangkan anggota masyarakat
pada umumnya pasif.
2.
Pandangan bahwa proses komunikasi massa pada
hakikatnya dua tahap, ternyata membatasi proses analisisnya, sebab proses
koomunikasi dapat terjadi dengan dua tahap atau lebih.
3.
Model ini menunjukkan betapa tergantungnya
pemuka pendapat terhadap informasi yang disampaikan media massa. Hal ini
membuktikan bahwa pemuka pendapat memperoleh informasi melalui saluran-saluran
yang bukan media massa.
4.
Penelitian tahun 1940, yang menghasilkan
komunikasi dua tahap , mengabaikan prilaku khalayak berdasarkan waktu
pengenalan idea baru.
5. Pelbagai
saluran berperan dalam pelbagai tahap penerimaan inovasi dan pengambilan
keputusan, namun tidak menunjukkan adanya perbedaan peranan dari pelbagai
saluran komunikasi dalam hubungannya dengan tahap-tahap inovasi (tahap
penyadaran atau awareness stage,
tahap pembujukan atau persuasion stage,
tahap keputusan atau decision stage,
tahap pemantapan atau confirmasion stage).
6. Pemisahan
khalayak komunikasi dengan pemuka pendapat dan masyarakat pengikut dilakukan
oleh komunikasi dua tahap
Model Komunikasi Banyak
Tahap
Model komunikasi ini menunjukkan bahwa terdapat banyak
variasi dari penyebaran pesan yang berasal dari informan kepada khalayak
komunikan. Banyaknya tahap yang harus dilalui dalam proses penerimaan informasi
bergantung pada: tujuan sumber informasi, banyaknya media massa yang
menyebarluaskan informasi, isi pesan yang disampaikan apakah berkenan bagi
khalayak atau melibatkan kepentingan khalayak, dan apakah cara penyampaiannya
menarik perhatian khalayak.
KOMUNIKASI MASSA,
MASYARAKAT, DAN BUDAYA
Pola interaksi media komunikasi massa dengan masyarakat dan
budaya meliputi teori:
§
Teori
Perbedaan Individu
Dalam perbedaan kepribadian individu setiap
orang akan menanggapai isi media massa berdasarkan kepentingan mereka,
disesuaikan dengan kepercayaan dan nilai-nilai sosial mereka sehingga
selektivitas mereka terhadap komunikasi massa mereka juga berbeda. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa pengaruh media terhadap individu akan berbeda
satu sama lain disebabkan adanya perbedaan psikologis antarindividu.
§
Teori Penggolongan
Sosial
Penggolongan sosial didasarkan pada seks,
tingkat penghasilan, pendidikan, tempat tinggal, maupun agama. Teori ini
menyatakan bahwa masyarakat yang memiliki sifat-sifat tertentu yang sama akan
membentuk sikap yang sama pula dalam menghadapi rangsangan tertentu. Persamaan
dalam orientasi dan sikap akan berpengaruh pula terhadap tanggapan mereka dalam
menerima pesan komunikasi.
§
Teori
Hubungan Sosial
Dalam teori ini lebih menekankan pentingnya
variabel hubungan antarpribadi sebagai sumber informasi dan sebagai penguat
pengaruh media komunikasi. Teori hubungan sosial bisa disebut sebagai
manifestasi dari model komunikasi dua tahap, arus informasi mengalir dari
sumber informasi ke penerima atau khalayak komunikan melalui dua tahap. Pertama
informasi dari media massa diterima oleh
sejumlah individu yang cukup informasi (well informed) proses ini dilakukan
secara langsung tanpa ada perantara. Kedua, informasi yang sudah diterima dan
diolah sesuai tingkat intelektualitas oleh individu-individu cukup informasi kemudian disebarkan melalui saluran
komunikasi antarpribadi kepada orang-orang yang tidak memiliki akses terhadap
media massa.
§
Teori
Norma-Norma Budaya
1.
Pesan-pesan komunikasi massa dapat memperkokoh
pola-pola budaya yang berlaku serta membimbing masyarakat agar yakin bahwa
pola-pola tersebut masih tetap berlaku dan dipatuhi masyarakat.
2.
Media massa dapat menciptakan pola-pola budaya
baru yang tidak bertentangan dengan pola budayayang ada bahkan menyempurnakannya.
3.
Media massa dapat mengubah norma-norma budaya
yang berlaku sehingga prilaku individu yang ada dalam masyarakat dengan
sendirinya ikut berubah serta menyesuaikan diri dengan norma-norma budaya yang
baru.
KOMUNIKASI MASSA DAN
PERUBAHAN SOSIAL
Gillin
dan Gillin menyatakan perubahan sosial diartikan sebagai suatu variasi dari
cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan kondisi geografis,
kebudayaan material, komposisi penduduk dan ideology, maupun karena adanya
difusi ataupun penemuan-penemuan baru dalam masyarakat.
Samoel
Koenig dalam Man and Society
(1957), perubahan sosial menunjuk pada modifikasi yang terjadi dalam pada
pola-pola hidupan manusia. Modifikai terjadi karena sebab-sebab ekstern dan
sebab-sebab intern.
Selo
menyatakan perubahan sosial sebagai segala perubahan pada lembaga-lembaga
kemasyarakatan dalam suatu masyarakat yang memengaruhi system sosialnya
termasuk didalamya nilai-nilai, sikap dan pola prilaku diantara kelompok dalam
masyarakat.
Menurut Schramm ada Sembilan peran
yang dapat dikerjakan oleh media massa dalam membantu perubahan sosial yakni :
(1) media massa dapat memperluas cakrawala pemikiran; (2) media massa dapat
memusatkan perhatian; (3) media massa mampu menumbuhkan aspirasi; (4) media
massa mampu menciptakan suasana membangun; (5) mampu mengembangkan dialog
tentang hal-hal yang berhubungan dengan masalh-maslah politik; (6) mampu
mengenalkan dengan norma-norma sosial; (7) mampu menumbuhkan selera; (8) mampu
mengubah sikap yang lemah menjadi sikap yang kuat; (9) dapat berperan sebagi
pendidik.
BAB 4
TEORI SISTEM PERS DAN
KEBUTUHAN MASYARAKAT
Pers sebagai
subsistem dari system sosial, selalu bergantung dan berkaitan erat dengan
masyarakat tempat ia berada. Pers lahir untuk memenuhi keperluan masyarakat
terhadap informasi secara terus-menerus mengenai peristiwa-peristiwa besar atau
kecil yang terjadi dalam masyarakat. Pers memunyai kedudukan sebagai lembaga
masyarakat (institusi sosial) dan sebagai lembaga masyarakat ia dipengaruhi dan
memengaruhi lembaga masyarakat lainnya. Pers bergantung kepada filsafat,
system, struktur bahkan budaya politik suatu Negara.
Pola interaksi Antara masyarakat, pers dan pemerintah
sebagai trikotomi (trichotomy), bisa
memberikan kontribusi sangat berarti dalam melakukan komprehensif mengenai
kedudukan peran ketiganya disuatu Negara.
TEORI PERS
OTORITARIAN (AUTHORITARIAN PRESS THEORY)
Teory ini muncul dari filsafat kekuasaan monarki absolut,
kekuasaan pemerintah absolut. Menurut Siebert tujuan utam pers otoritarian
ialah mendukung dan memajukan kebijakan pemerintah yang berkuasa serta mengabdi
kepada Negara. Dalam pers otoritarian, kritik terhadap mekanisme politik dan
para pejabat yang berkuasa erupakan sesuatu yang sangat terlarang. Teori ini
dibangun atas dasar asumsi filosofis tentang hakikat manusia, hakikat
masyarakat dan Negara, hubungan manusia dengan Negara, serta problema filsafat
dasar, hakikat pengetahuan dan kebenaran (siebert, 1986: 8-10)
TEORI PERS
LIBERTARIAN (LIBERTARIAN PRESS THEORY)
Teory ini muncul dari filsafat tentang rasionalisme dan
hak-hak asasi manusia. Tujuan utama pers ini merupakan memberi informasi,
menghibur dan transaksi bisnis, untuk membantu menemukan kebenaran serta
mengawasi pemerintah yang sedang berkuasa. Sdedangkan menurut Siebert tujuan
utama pers ini adalah untuk menolong menemukan kebenaran, membantu penyelesaian
masalah politik dan sosial dengan mengetengahkan semua bentuk bukti dan proses
sebagai dasar pembentukan keputusan. Menurut Thomas Jefferson, pers harus
melakukan pengawasan terhadap pemerintah yang tidak bisa dilakukan oleh lembaga
lainnya. Penganut libertarian menentang monopoli pemerintah dalam jalur-jalur
komunikasi karena setiap orang/warga Negara
mempunyai kesempatan yang tidak dibatasi untuk memiliki dan
mengoperasikan suatu unit komunikasi massa.
Dalam filsafat libertarian, media diberi kebebasan
seluas-luasnya untuk memberitakan ataupun tidak memberitakan sesuatu namun
dituntut untuk bertanggungjawab jika terjadi menimbulakn kerugian terhadap
individu maupun masyarakat.
TEORY PERS
KOMUNIS SOVIET
Dalam teori ini, media massa merupakan alat pemerintah
(partai) dan bagian integral dari Negara. Ini berarti media harus tunduk
terhadap perintah dan control dari pemerintahan atau partai atau biasa disebut
dengan alat dari partai komunis yang berkuasa, media harus melakukan apa yang
terbaik bagi Negara dan partai serta apa yang terbaik menurut pemimpin elit dan
partai .
Media adalah milik Negara, dikontrol sangat ketat sebagai
tangan-tangan Negara.
Sangat tertutup, rakyat tidak tau apa yang dilakukan
pemimpin partai atau penguasanya.
TEORI PERS
TANGGUNG JAWAB SOSIAL
Teori ini bertujuan untuk mengangkat konflik sampai tingkat
diskusi melalui pasar ide yang bebaas dan bertanggungjawab. Pada teori tanggung
jawab sosial campur tangan serius terhadap hak-hak individu yang dilindungi
oleh undang-undang dan kepentingan terhadap vital strategis masyarakat dianggap
sebagai tindakan terlarang.
Fungsi pers pertanggung jawaban sosial menurut Theodore
Peterson meliputi:
1.
Melayani system politik dengan menyediakan
informasi, diskusi, dan perbedaan tentang masalah-masalah yang dihadapi
masyarakat.
2.
Memberi penerangan kepada masyarakat sehingga
masyarakat dapat mengatur dirinya sendiri.
3.
Menjadi penjaga hak-hak individu dengan
bertindak sebagai anjing penjaga yang mengawasi pemerintah.
4.
Melayani system ekonomi dengan mempertemukan
pembeli dengan penjual barang atau jasa melalui medium periklanan.
5.
Menyediakan hiburan.
6.
Mengusahakan sendiri finansial sehingga bebas
dari tekanan individu-individu yang memiliki kepentingan tertentu.
Komisi Kebebasan pers Amerika menetapkan lima syarat yang
wajib dipatuhi oleh media.
a)
Media dituntut untuk menyajikan laporan tentang
kejadian sehari-hari secara mendalam dan cerdas dalam suatu konteks yang
memberi arti kepada kejadiian tersebut.
b)
Media harus menjadi sebuah forum pertukaran
komentar dan kritik.
c)
Media hendaknya menonjolkan sebuah gambaran
representatif dari kelompok-kelompok unsur pokok dalam masyarakat.
d)
Media hendaknya bertaggung jawab dalam penyajian
dan penguraian tujuan-tujuan dan nilai-nilai masyarakat.
e)
Media hendaknya menyajikan kesempatan penuh
untuk memperoleh berita sehari-hari.
TEORI MEDIA
PEMBANGUNAN
Media pembanguna berperan sebagai penghubung yang kreatif Antara
pemerintah dan masyarakat, menurut Everet M Rogers Pembangunan merupakan
perubahan yang berguna menuju system sosial dan ekonomi yang diputuskan sebagai
kehendak dari suatu bangsa.
Unsur utama dalam konsepsi jalan alternatife menuju
pembangunan yaitu. Pertama, pemerataan
penyebaran informasi dan keuntungan sosial ekonomi dalam pembangunan yang
membawa kepada pemikiran bahwa penduduk desa dan orang kota yang miskin
hendaknya menjadi sasaran utama program pembangunan yaitu dengan upaya
memperkecil kesenjangan sosial ekonomi dengan cara menggerakkan sector-sektor
yang tertinggal merupakan prioritas program dibanyak Negara. Kedua, partisipasi masyarakat dalam
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan biasanya disertai dengan desentralisasi
kegiatan-kegiatan tertentu dipedesaan.
McQuail menyebutkan ada enam prinsip dalam teori pembangunan
sebagai landasan teoritis dan praktis
1.
Media selayaknya dibatasi menerima dan
melaksanakan tugas pembangunan sejalan dengan kebijaksanaan yang ditetapkan
secara nasional.
2.
Kebebasan media selayaknya dibatasi sesuai
dengan prioritas ekonomi dan kebutuhan pembangunan masyarakat ‘
3.
Media perlu memprioritaskan isinya pada
kebudayaan dan Bahasa nasional.
4.
Media hendaknya memprioritaskan berita dan
informasinya pada Negara sedang berkembang lainnya yang erat kaitannya secara
geografis, kebudayaan, atau polittik.
5.
Para karyawan dan wartawan media lainnya memilii
tanggungjawab serta kebebasan dalam tugas mengumpulkan informasi dan
menyebarluaskannya.
6.
Bagi kepentingan tujuan pembanguna, Negara
memiliki hak dan di benarkan untuk campur tangan dan melakukan pengendalian
langsung dalam, atau membatasi, pengoperasian media, ssarana penyensoran serta
sarana subsidi yang diperlukan.
TEORI MEDIA
DEMOKRATIK-PARTISIPAN
Kandungan prinsip teori media demokratik-partisipan menurut
Quail adalah:
1.
Warga Negara secara individu dan kekompok
minoritas memiliki hak pemanfaatan media (hak untuk berkomunikasi)dan hak untuk
dilayani oleh media sesuai dengan kebutuhan yang mereka tentukan sendiri.
2.
Organisasi dan isi media selayaknya tidak tunduk
pada pengendalian politik yang dipusatkan atau pengendalian birokrasi Negara.
3.
Media selayaknya ada utama untuk khalayak dan
bukan untuk organisasi media, para ahli, nasabah media lainnya.
4.
Kelompok, organisasi, dan masyarakat local
selayaknya memiliki media sendiri.
5.
Bentuk media yang beskala kecil, interaktif dan
partisipatif lebih baik dari media berskala besar, satu arah dan di
profesionalkan.
6.
Kebutuhan sosial tertentu yang berhubungan
dengan media massa tidak cukup hanya diungkapkan melalui tuntutan konsumen
perorangan, tidak juga melalui Negara dan berbagai lembaga utamanya.
7.
Komunikasi terlalu penting untuk diabaikan oleh
para ahli.
KOMUNIKASI MASSA DAN PEMENUHAN KEBUTUHAN MASYARAKAT
v Teori Belajar Sosial
Dalam teori ini media massa merupakan agen sosialisasi yang
utama selain keluarga, guru, sahabat karib dan sekolah. Artinya ddengan fungsi
dan kemampuannya menyeleksi berita dan informasi, ulasan dan tulisan serta
memublikasikannya secara cepat, luas dan serempak kepada masyarakat yang
heterogen serta anonym.
Teori belajar sosial dibagi kedalam 4 tahap yaitu:
1.
Tahap proses atensi atau perhatian terhadap
suatu peristiwa.
2.
Tahap proses retensi atau pengingatan (memory)
3.
Tahap proses reproduksi motor
4.
Tahap proses motivasional
v Teori Model Difusi Inovasi
Difusi merupakan suatu jenis khusus komunikasi yang
berkaitan dengan penyebaran pesan-pesan sebagai ide baru. Sedangkan menurut
Rogers, difusi merupakan suatu proses ketika suatu inovasi dikomunikasikan
melalui saluran tertentu diantara para anggota suatu system sosial. Inovasi
adalah suatu ide, karya atau objek yang dianggap baru oleh seseorang.
Model difusi mengasumsikan bahwa media massa mempunyai efek
yang berbeda-beda pada titik waktu yang berlainan, mulai dari menimbulkan tahu
sampai dengan memengaruhi adopsi atau rejeksi (penerimaan atau penolakan).
Dengan model inilah peneliti meneliti bagaimana inovasi atau informasi baru
tersebar pada unit-unit adopsi (peneerima inovasi). Inovasi berupa peristiwa,
berita, pesan-pesan politik, gagasan baru. Sejauh mana media massa atau saluran
interpersonal memengaruhi efek difusi ditentukan oleh variabel antara dan
variabel penerima yang Antara lain meliputi data demografis dan variabel
sosiopsikologis. Menurut teori jurnalistik media massa harus disajikan secara
actual. Aktualitas mengandung tiga pengertian yaitu: aktualitas kalender, waktu
dan masalah.
Teori difusi dan inovasi mengakui media bukanlah institusi
sosial yang sangat perkasa sehingga bisa segalanya atau semua orang dalam waktu
serempak.
v Teori Model Agenda Setting
dalam teori ini apa yang dianggap penting oleh media maka akan
dianggap penting juga oleh masyarakat, begitu pula dengan apa yang dilupakan
oleh media maka akan luput dari perhatian
masyarakat.
Agenda masyarakat
dapat diteliti dari segi apa yang dipikirkan orang (intrapersonal) dan apa yang
dibicarakan orang itu dengan orang lain (interpersonal) dan apa yang dianggap
sedang dibicarakan orang ramai (community salience).
Manhein mengingatkan, konseptualisasi teori ini meliputi
tiga agenda utama yaitu agenda media, khlayak dan kebijakan. Untuk agenda media
dimensinya meliputi visibility
(jumlah dan tingkat menonjolnya berita), audience
salience (penonjolan,tingkat
menonjol dan relevansi isi berita dengan kebutuhan khalayak), valence (menyenangkan atau tidak
menyenangkan cara pemberitaan suatu peistiwa). Untuk agenda khalayak dimensinya
mencakup familiarity (keakraban,
derajat keakraban khalayak terhadap topic tertentu), personal salience (penonjolan pribadi, relevansi kepentingan dengan
ciri pribadi), dan favourability
(kesenangan, pertimbangan senang atau tidaknya terhadap topik berita). Untuk
agenda kebijakkan dimensinya melalui support, likehood of action (kemungkinan
kegiatan), freedom of action (kebebasan beertindak). Pola kausalitas sosiologis
dalam dalil jurnalistik: media adalah cermin masyarakat. Jika ingin tahu wajah
masyarakat lihatlah media. Lalu jika ingin melihat wajah media maka lihatlah
kondisi dan prilaku masyarakat.
v Teori Model Kegunaan dan Kepuasan
kEbutuhan manusia meliputi lima tingkat yaitu kebutuhan
fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan cinta, kebutuhan penghargaan, dan
kebutuhan aaktualisasi diri. Konsep model ini yang diteliti adalah:
·
Sumber sosial dan psikologis dari;
·
Kebutuhan yang melahirkan
·
Harapan-harapan dari;
·
Media massa atau sumber-sumber yang lain, yang
menyebabkan;
·
Peerbedaan pola terpaan media, serta
menghasilkan;
·
Pemenuhan kebutuhan dan;
·
Akibat-akibat lain bahkan akibat yang tak
dikehendaki.
BAB 5
SOSIOLOGI KOMUNIKATOR DAN PESAN DALAM KOMUNIKASI MASSA
Komunikator Komunikasi Massa versi Aristoteles
ETHOS
Pada dimensi ethos ada tiga aspek
dalam aktivitas komunikasi massa diantaranya:
·
Pengetahuan luas, komunikator membangun jaringan
sosial, mengasah kepekaan intelektual dan mengembangkan ikatan serta
norma-norma sosial pada unit satuan masyarakat terbawah sampai dengan unit
satuan masyarakat lapis menengah dan atas.
·
Kepribadian terpercaya, hanya dibangun melalui
proses panjang relasi dan interaksi sosial secara harmonis. Menurut literatur
sosiologi, norma-norma sosial yang harus dipatuhi ialah: cara (usage, bentuk
perbuatan), kebiasaan (folkways,perbuatan yang diulang-ulang daalam bentuk yang
sama), tata kelauan (mores, alat yang memerintahkan dan melarang seorang
anggota masyarakat melakukan suatu pebuatan), adat istiadat (costum)
·
Status terhormat, seseorang menyandang predikat
terhormat secara sosial.
Ethos harus tunduk kepada kaidah sosiologis: pikiran baik
(good sense), akhlak baik (good moral character), dan maksud baik ( good will).
Tanpa pikiran baik dalam diri komunikator institusional, komunikasi massa hanya
akan melahirkan riksi dan konflik sosial. Isi pemberitaan media massa hanya
akan dimuati dengan prasangkaan, pola pikir negatif, dan potensi konflik yang
meruncing antar unsur masyarakat dengan lembaga-lembaga kenegaraan serta
kebudayaan.
PATHOS
Pada dimensi ini komunikator media massa melalui pesan-pesan
yang diproduksi dan disebarluaskannya ditantang untuk senantiasa mampu
menyentuh hati khalayak. Media juga harus menjadi penggerak aksi solidaritas
sosial.
LOGOS
Pada dimensi ini, komunikator media massa disyaratkan
menguasai materi pesan dengan baik, berkualitas tinggi, memilliki nilai jual
prima, sarat data, dengan diperkuat latar belakang serta argument-argumen yang
meyakinkan. Menurut sosiologi apakah latar belakang sosial komunikator
komunikasi massa memengaruhi bentuk, isi, dan kualitas pesan yang
disebarluaskan kepada khalayak?
Dilihat dari perspektif logos, media massa papan atas
(mainstream) sering dianggap bersikap asocial. Media massa kurang dapat
menggali realitas dan problematika sosial dari bawah, atau dari lokasi-lokasi
peristiwa yang sering sulit dijangkau sarana transfortasi modern. Orientasi
media lebih ke bersifat vertikal daripada horizontal dan diagonal.
Daya Tarik Komunikator
Dalam teori komunikasi seorang komunikatot harus memiliki
daya Tarik secara fisik, dia tidak serta merta melepaskan diri dari kaidah dan
norma-norma atau ikatan kelompok agar kelak tak melahirkan friksi dan konflik.
Seorang komunikator media massa jika ingin meraih sukses tidak ada pilihan lain
kecuali kecuali masuk dalam realitas aneka tuntutan serta konsekuensi yang
menyertainya.
Kepercayaan kepada Komunikator
Kepercayaan yang besar akan meningkatkan daya perubahan
sikap, serta kepercayaan yang kecil akan mengurangi daya perubahan yang
menyenangkan. Kepercayaan kepada komunikator akan mencerminkan pesan yang
diterima komunikan akan dianggap benar dan sesuai dengan kenyataan empiris.
Komunikator media massa adalah orang-orang yang mesti tunduk kepada filosofi
dan visi misi pembelajaran seumur hidup, jika tidak maka keahlian yang dimilikinya
akan tumpul dan tertinggal. Dalam redaksi yang berbeda, para komunikator media
massa perlu membangun kepercayaan sosial secara terencana dan sisitematis agar
reputasi dan kredibilitas dirinya tetap tinggi dimata public.
Sosiologi Pesan dalam Komunaikasi
Mass
Menurut pakar komunikasi Wilbur Schramm empat kondisi sukses
dalam komunikasi yaitu:
·
Pesan dirancang secara menarik
Dilakukan dengan dua cara yaitu dengan
pengorganisasian pesan (deduktif=mendahulukan
kesimpulan disusul kemudian dengan penjelasan dan uraian. Induktif=menguraikan terlebih dahulu latar belakang dan penjelasan
kemudian diakhiri dengan kesimpulan. Kronologis=disusun
berdasarkan waktu atau urutan peristiwa.
Logis=berdasarkan hubungan sebab-akibat. Spasial=berdasarkan urutan dimensi tempat dan ruangan. Topikal=berdasarkan penetapan topik atau
pokok bahasan tertentu). Dan pengaturan pesan.
·
Pesan menggunakan simbol yang sama
·
Pesan membangkitkan kebutuhan khalayak
·
Pesan memberikan jalan keluar atau alternatif
tindakan
Pengaturan Pesan Dalam Komunikasi
Massa
Teori Hollingsworth
Pesan yang baik harus memenuhi
lima kategori agar dapat memengaruhi khalayak yaitu:
·
Perhatian, menunjuk kepada wilayah dan titik
tekan secara psikologis.
·
Minat, contohnya minat membaca, nonton, membeli,
dan lain-lain
·
Kesan, contohnya pemberitaan media massa tentang
daftar pemilih tetap (DPT) bermasalah dalam pemilu legislatif 9 April 2009,
telah melahirkan kesan negatif tentang komisi pemilihan umum (KPU).
·
Keyakinan, keyakinan harus diperoleh dengan cara
memberikan argument-argumentasi logis, teoritis dan empiris.
·
Pengarahan
Teori
Raymond S. Ross
Teori ini dikenal dengan rumus atau teori ANPORA yaitu:
·
Perhatian
·
Kebutuhan
·
Rencana
·
Keberatan
·
Peneguhan
·
Tindakan
Teori Alan
H. Monroe
Dikenal dengan sebutan ANSVA
·
Attention (perhatian)
·
Need (kebutuhan)
·
Satisfaction (pemuasan)
·
Visualization (penggambaran)
·
Action (tindakan)
Penelitian Isi Pesan dalam Komunikasi
Massa
Tokoh Orang
Ternama dalam Biografi
Realitas
dalam Drama Televisi
BAB 6
SOSIOLOGI KHALAYAK
DALAM KOMUNIKASI MASSA
SIAPA
KHALAYAK DALAM KOMUNIKASI MASSA?
Komunikasi
Massa Perspektif Sosiologi
Dalam Bahasa sosiologi, berbiccara lantang berapi-api dengan
tangan terkepal ke udara dari atas panggung kampanye pemilu yang dihadiri
ratusan atau ribuan orang dilapangan terbuka seperti stadion sepak bola adalah
komunikasi massa. Komunikasi massa seperti itu dalam komunikologi disebut public speaking. Pembicara dalam public
speaking disebut speaker atau orator . Orator adalah adalah ahli pidato yang
memukau massa, sedangkan speaker mengandung pengertian netral. Rumusnya seorang
orator dengan sendirinya seorang speaker, tetapi seorang speaker belum tentu
seorang orator.
Komunikasi massa dalam perspektif sosiologi menunjuk pada
satu dimensi ruang dan satu dimensi waktu atau dalam satu tempat dengan jumlah
orang yang terbatas karena dengan demikian ia bisa memengaruhi, mengendalikan
dan menggerakkan massa untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu pada saat
bersamaan secara serempak. Dalam Bahasa intelijen disebut sebagai penggerak
atau agitator massa.
Komunikasi
Massa Perspektif Komunikologi
Dalam pandangan ini, komunikasi massa bukanlah berbicara
diatas panggung dengan ratusan atau ribuan orang di suatu tempat secara
langsung akan tetapi dalam bentuk surat kabar, majalah, radio, televisi, dan
media online internet atau dilaksanakan secara tekhnologikal yang sifatnya
institusional. Jadi kalo dalam perspektif sosiologi bersifat terbatas sedangkan
komunikologi bersifat tak terbatas.
Khalayak
Media Komunikasi Massa
Media massa baru akan berpengaruh jika sebelumnya ia
berhasil menjalin kedekatan dengan khalayak. Dikutif dari La Piere khalayak media komunikasi massa memiliki keterikatan
sosial yang sangat tinggi dengan lingkungannya.khalayak media tidak seperti
dilukiskan dalam teori jarum hipodermik yang selalu menerima pesan tanpa
reserve dan pengaruh media begitu perkasa. Orang berhubungan dengan media
karena punya tujuan tertentu dan bukan karena pasrah atau dengan sukarela
dirinya siap dipengaruhi media. Dan juga orang cenderung mempercayai kelompok
sosial terdekatnya darpada mempercayai pesan media massa. Jadi, sumber rujukan
utama khalayak bukanlah media melainkan kelompok, ikatan-ikatan dan norma
sosial setempat.
PRINSIP UMUM
PERILAKU KHALAYAK KOMUNIKASI MASSA
1. Prinsip Semua atau Tidak Sama Sekali
2. Prinsip Pendidikan
3. Prinsip ekonomi
4. Prinsip usia
PENELITIAN
SOSIOLOGI KHALAYAK DALAM KOMUNIKASI MASSA
Penelitian
Mengenai Peran para Pemuka Pendapat
·
Kata Wright, para pemuka pendapat terdapat pada
seluruh struktur sosial. Pesan yang ingin disampaikannya ialah bahwa pengaruh
personal mengalir bukan hanya dari atas ke bawah dalam masyarakat, melainkan
juga secara horizontal dalam kelas sosial atau kelompok lainnya.
·
Pemuka pendapat diketahui sebagai orang-orang
yang waspada, tertarik, dan aktif secara politis.
·
Para pemuka pendapat lebih banyak diterpa
kampanye media massa daripada yang bukan pemuka pendapat dan pemakai media
massa terbanyak daripada yang bukan pemuka pendapat.
·
Pemuka
pendapat telah menggunakan gagasan dan informasi yang diperoleh dari media
massa dalam nasihat dan penerangan yang mereka sampaikan kepada pengikutnya.
Salah satu fungsi pemuka pendapat merupakan perantara Antara media massa dengan
orang lain dalam kelompok mereka.
Penelitian Perilaku Komunikasi Tokoh lokal dan Kosmopolitan
Robert K. Merton merupakan sosok
literatur komunikasi Amerika dengan buku Lazarsfeld dan Stanton. Merton telah
mengidentifikasi pemuka pendapat sebagai local
influentials tokoh lokal dan
cosmopolitan influential atau tokoh cosmopolitan. Tokoh lokal lebih
memikirkan hubugan-hubungannya dengan masyarakat sendiri sedangkan tokoh
kosmopolitan selain memikirkan masyarakat kotanya juga berurusan dengan dunia
yang lebih luas, baik nasional maupun internasional serta masalah-masalahnya.
Pengaruh sosial kehadiran pemuka
pendapat sebagai tokoh lokal maupun cosmopolitan yaitu:
·
Tokoh lokal cenderung bersifat polimorphis maksudnya mampu memberikan
pengaruh dalam berbagai bidang dan asfek kehidupan dan fungsi itu di akui oleh
komunitas lokal setempat.
·
Tokoh kosmopolitan bersifat monomorphis, mampu memberikan pengaruh terbatas sesuai dengan
tingkat keahlian, pendidikan, penguasaan pengalamannya masing-masing.
Penelitian
Pengaruh Personal Para Pemuka Pendapat
·
Mereka tertarik untuk menetapkan dampak pengaruh
personal dibandingkan dengan media massa dalam empat pengambilan keputusan
yakni: pemasaran, mode, masalah kemasyarakatan dan pemilihan film.
·
Mereka telah meneliti karakteristik yang telah
membedakan pemuka pendapat dalam keempat bidang tersebut, khususnya mengenai
kedudukan pemuka pendapat dalam siklus kehidupan, misalnya: wanita muda atau
yang sudah berkeluarga, status sosial ekonomi dan pola persahabatan.
·
Mereka meneliti arus pengaruh misalnya: apakah
arus itu berlangsung dari wanita yang lebih tua kepada wanita yang lebih muda
atau dari wanita kaya ke wanita miskin.
·
Mereka telah mempelajari bagaimana pengaruh
personal berkaitan dengan media massa,
yaitu bagaimanakah kebiasaan komunikasi para pemuka pendapat itu dan pada
gilirannya sejauh mana para pemuka pendapat dipengaruhi oleh media massa.
Lima karakteristik yang menguntungkan bagi hubungan
personal:
1.
Kontak personal lebih kasual (sepintas), kurang
bertujuan dan sulit di hindari daripadakomunikasi massa.
2.
Komunikasi tatap muka memungkinkan fleksibilitas
yang lebih besar dari isi pesan.
3.
Hubungan personal yang langsung dalam komunikasi
tatap muka dapat meningkatkan ganjaran bagi penerimaan pesan atau argumen dan
hukuman untuk penolakannya,
4.
Sebagian orang cenderung pada pertimbangan dan
pandangan pada orang-orang yang mereka kenal dan hormati daripada pertimbangan
dan pandangan dari komunikator massa yang impersonal.
5.
Dengan kontak personal, komunikator kadang dapat
mencapai maksudnya tanpa bersungguh-sungguh membujuk khalayak untuk menerima
pandangan baru.
Peneliti
Pencarian dan Kepemimpinan Pendapat
Kepemimpinan pendapat bukanlah sifat individu melainkan
tindakan sosial atau serangkaian
tindakan yang melibatkan interaksi dua orang atau lebih. Secara sosiologis,
kepemimpinan pendapat masih sangat diperlukan dalam berbagai bidang kehidupan
yang bergerak dinamis melalui pola tata hubungan sosial dan aturan main yang
bersifat demokratis dan humanis.
Demokratis menunjukkan tak ada demokrasi atau bahkan
intervensi satu kelompok terhadap kelompok lainnya, terdapat prinsip equalitas
yang dihargai bersama. Humanis menunjukkan apapun produk kebijakkan atau
peraturan yang ditetapkan pemerintah bersama parlemen selayaknya diarahkan untuk
lebih memuliakan manusia.
ALASAN DI
BALIK PEMILIHAN MEDIA MASSA
ü Prinsip Kemudahan
Schramm menyatakan bahwa peran, kebiasaan, dan tradisi juga
memengaruhi pemilihan media. Misalnya, menonton televisi jika sudah biasa akan
terus di lanjutkan karena tiap orang lebih mudah mempertahankan
kebiasaan daripada mengubahnya.
ü Prinsip Harapan Imbalan
Dalam prinsip ini orang-orang akan memilih media yang
menurut harapannya akan memberikan imbalan terbesar. Contohnya bagi kalangan
mahasiswa di kampus, mereka mau membca buku yang di anjurkan dosen hanya karena
harapan imbalan mereka untuk memperoleh nilai tinggi pada saat ujian nanti.
ALASAN DI
BALIK PENGGUNAAN MEDIA
Ø
Penggunaan
Surat Kabar
Sebagai sumber informasi dan gagasan tentang berbagai
masalah public yang serius, sebagai alat kontak sosial.
Ø Penggunaan Majalah
Sebagai orientasi sosial bagi wanita yang dapat mengajarinya
hal-hal praktis seperti keterampilan memasak, menjahit dan bahkan mengurus
rumah tangganya.
Ø Penggunaan Media Siaran
Ø Penggunaan Film-Film Koboi
KONSEP
KHALAYAK DALAM KOMUNIKASI MASSA
![*](file:///C:/Users/LENOVO/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.gif)
![*](file:///C:/Users/LENOVO/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.gif)
![*](file:///C:/Users/LENOVO/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.gif)
![*](file:///C:/Users/LENOVO/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.gif)
![*](file:///C:/Users/LENOVO/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.gif)
Rivers dan kawan-kawan menyimpulkan tiap orang menggunakan
media secara berbeda. Usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status sosial
ekonomi.
BAB 7
EFEK SOSIOLOGIS DALAM
KOMUNIKASI MASSA
EFEK
KEHADIRAN MEDIA KOMUNIKASI MASSA (Steven H. Caffe)
Efek berarti pengaruh dan akibat. Efek terkandung makna
akibat, menurut Donald K Robert “efek hanyalah perubahan prilaku manusia
setelah diterpa pesan media massa”, sebagai contoh kehadiran televisi bagi
kalangan petani membuatnya terlambat dua jam pergi ke ladang dan sawah karena
kehadiran televise berakibat kepada penjadwalan waktu tidur dan perubahan
prilaku sosial mereka.
·
Efek
Ekonomis
Pada efek ini baik masyarakat maupun pemerintah mendapatkan
keuntungan yang besar dan karena efek ini lah memberikan peluang usaha bagi
masyarakat untuk mendapatkan pendapatan dari pendirian lembaga penerbitan surat
surat kabar, radio, televisi, dan media online lainnya juga seperti adanya
pabrik, biro-biro jasa, rumah makan, kios dan lain sebagainya setelah kehadiran
perusahaan media massa. Begitu pula untuk pemerintah, mereka memperoleh
pendapatan dalam bentuk penerimaan pajak.
·
Efek
Sosial
Efek sosial berkaitan dengan perolehan serta peningkatan
status sosial orang-orang setelah di rumah mereka terdapat televisi. Semakin
besar ukuran televisi dan semakin mahal harganya, semakin tinggi pula status
sosial mereka di mata warga atau komunitas dan kelompok sosial setempat.
·
Efek
Penjadwalan Kembali
Efek penjadwalan kembali menunjuk kepada perubahan atau
pergeseran waktu serta prioritas kegiatan dan pekerjaan yang dilakukan para
pemirsa televisi. Kehadiran televisi secara fisik dan tayangan acaranya,
disadari atau tidak telah menciptakan, mengubah bahkan menggeser agenda
aktivitas sosial dan individual. Agenda individual dan sosial masyarakat
menjadi terbalik, bukan televisi yang menyesuaikan dengan agenda masyarakat
melainkan masyarakatlah yang menyesuaikan dengan agenda siaran televisi dan
kini masyarakat semakin lama semakin bergantung pada televisi.
·
Efek
Penghilangan Perasaan Tertentu
Steven H cafee menunjukkan dua hal yang parallel. Pertama, media massa mampu menghilangkan
perasaan tertentu. Kedua, media massa
mampu menumbuhkan perasaan seperti senang dan percaya terhadap media massa.
Percaya, karena televise adalah dunia gambar. Dalam dunia jurnalistik televise
dinyatakan “seeing is believing” dengan melihat barulah pemirsa akan percaya.
Dalam semboyan televise, berita adalah gambar dan gambar adalah berita.
KOMUNIKASI
MASSA SEBAGAI MASALAH SOSIAL (Paul Lazarsfeld dan Robert K. Merton)
o
Ubiquity
Menunjuk kepada sifat media yang hadir dimana-dimana.
Seperti radio memiliki daya tembus yang luar biasa yang dapat kita ikuti
siarannya kapan dan dimanpun kita berada dengan pesawat transistor sederhana.
o
Status
Quo
Artinya adalah tidak berubah, tidak bergerak, diam, stagnan,
tidak aktif atau berada dalam kondisi serta situasi yang sama. Kalangan
kritikus sosial melihat, media massa dengan kekuatan serta daya yang
dimilikinya dapat mempertahankan status quo terutama dalam kehidupan bidang ekonomi
dan sosial-politik. Contohnya ”media massa dapat digunakan oleh kelompok
kepentingan untuk mempengaruhi pemerintah maspempertahankan kebijakan suku
bunga tinggi. Hal ini memukul masyarakat kalangan bawah-menengah karena dengan
kebijakan suku bunga tinggi mereka tidak akan dapat memiliki pekakas rumah
tangga, rumah dan kendaraan secara kredit karena harganya sangat mahal.
o
Kemerosotan
Cita Rasa Estetis
Media massa memberikan pengaruh yang bisa membawa gaya hidup
baru yang serba pragmatis, serba gampangan, dan instan. Cita rasa estetis yang
memberi tempat dan apresiasi tinggi kepada karya-karya seni dan karya cipta
adiluhung dianggap sebagai kemubaziran abad modern. Perlawanan tradisionalisme
atas modernism yang terjadi, tradisionalisme tidak bisa menerima pandangan dan
keyakinan kaum modernis yang menyatakan segala sesuatu yang baru dan modern
pasti baik dan segala sesuatu yang lama-kuno itu pasti tidak baik atau tidak
bermanfaat.
o
Penghilangan
Sukses Sosial
Dulu di Indonesia tidak adanya pemilihan langsung presiden,
gubernur maupun wali kota yang melakukan demokrasi besar-besaran dengan
menghabiskan dana miliaran bahkan triliunan seperti sekarang. S ecara ekonomi
ongkos demokrasi pemilihan tersebut terlalu tinggi dibandingkan dengan
peningkatan derajat kesejahteraan masyarakat.
EFEK
PROSOSIAL MEDIA KOMUNIKASI MASSA
Efek prososial menunjuk kepada derajat manfaat yang
dikehendaki dan diperoleh masyarakat dari kehadiran dan pemberitaan media massa
§ Efek Prososial Kognitif
Efek prososial kognitif berarti media massa mampu memberikan
sentuhan pengetahuan dan pengalaman kognitif kepada orang-orang yang menerima
terpaanya, apakah itu melalui surat kabar, majalah, radio, tv maupun acara film
§ Efek Prososial Afektif
Dalam komunikologi efek ini berarti media massa mampu memberikan
sentuhan kejiwaan dan perasaan (psikologis) dalam bentuk belas kasihan, rasa
iba, kasih sayang, dukungan, dan sikap pemihakan secara kemanusiaan kepada
orang-orang yang menerima terpaan media tersebut.
§ Efek Prososial Behavioral
Dalam komunikologi efek ini berarti media massa mampu
memberikan ajakan serta gerakan dalam bentuk suatu atau berbagai perbuatan
kongkret kepada orang-orang yang menerima terpaan media seperti yang
dikehendakinya. Efek ini lebih menekankan kepada tindakan atau gerakan kolektif
kelompok masyarakat dalam menyikapi laporan atau pemberitaan media massa.
EFEK
KOMUNIKASI MEDIA MASSA DALAM SOSIALISASI
Sosialisasi adalah proses ketika individu mendapatkan
kebudayaan kelompoknya dan menginternalisasikan norma-norma sosialnya sehingga
membimbing orang itu untuk memperhitungkan harapan orang lain. Sosiologi tidak
pernah total dan merupakan proses yang terus berlangsung.
·
Data Prilaku Manusia, dilihat dari tingkat usia.
·
Bukti Pengguanan Media
·
Daya Serap Norma Sosial dari Media Sosial
·
Derajat Media Massa sebagai Sumber Normatif
EFEK SOSIAL
DALAM PERSUASI MEDIA MASSA
EFEK
PORNOGRAFI DAN PENGGAMBARAN KEKERASAN
Menurut Joseph Klapper pembentukkan dan perubahan sikap,
pengaruh media massa ada lima prinsip:
1.
Pengaruh media massa diantarai oleh
factor-faktor seperti predisposisi personal, proses selektif, dan keanggotaan
kelompok.
2.
Karena factor-faktor ini, komunikasi massa
biasanya berfungsi memperkokoh sikap dan pendapatan yang ada walaupun
kadang-kadang berfungsi sebagai media pengubah.
3.
Bila komunikasi massa menimbulkan perubahan
sikap, perubahan kecil pada intensitas sikap lebih umum terjadi daripada
“konversi” (perubahan seluruh sikap) dari satu sisi masalah ke sisi yang lain.
4.
Komunikasi massa cukup efektif dalam mengubah
sikap pada bidang-bidang ketika pendapat orang lemah, misalnya pada iklan
komersial.
5.
Komunikasi massa cukup efektif dalam menciptakan
pendapat tentang masalah-masalah baru bila tidak ada predisposisi yang harus
diperteguh.
Efek
Pornografi
Menurut Burhan Bungin pornografi (cetak-visual) memiliki
kedekatan dengan pornoteks, karena gambar dengan teks dapat disatukan dalam
media cetak. Sedangkan untuk pornoaksi dapat bersamaan kemunculannya dengan
pornografi (elektronik) karena ditayangkan di televise. Kemudian pornosuara
dapat bersamaan muncul dalam media audiovisual. Varian porno tersebut dalam
media jaringan internet dapat disebut sebagai cybersex, cyberporn.
Efek
Kekerasan
Adegan kekerasan pada televisi dengan sendirinya dapat
memicu masyarakat untuk bersikap bringas dan berperilaku anarkis terutama pada
anak-anak.
TIPOLOGI
EFEK MEDIA KOMUNIKASI MASSA
Menurut Denis McQuail yakni:
Ø
Efek komunikasi massa yang di inginkan
Ø
Efek komunikasi massa yang tidak diinginkan
Ø
Efek rentang atau lingkup jangka pendek (faktor
disengaja dan tidak disengaja)
Dalam kategori disengaja seperti variabel
tangapan individu dan variabel kampanye media. Dalam kategori tidak disengaja,
variabel reaksi kolektif dan reaksi individu.
Ø
Efek rentang atau lingkup jangka panjang
Dalam kategori disengaja, variabel penyebaran
dalam pembangunan dan distribusi pengetahuan. Untuk kategori tidak disengaja
ada empat variabel yakni: pengendalian sosial, sosialisasi, penentuan realitas,
dan perubahan lembaga.
Tanggapan individu. Proses
ketika individu berubah atau menolak perubahan sebagai tanggapan terhadap pesan
yang dirancang untuk memengaruhi sikap, pengetahuan dan perilaku.
Kampanye media.
Mengisyaratkan situasi ketika sejumlah media digunakan untuk mencapai tujuan
persuasif atau informasional dalam populasi yang dipilih.
Reaksi individu. Konsekuensi
pendekatan yang tidak direncanakan atau tidak dapat diperkirakan oleh seseorang
terhadap stimulasi media.
Reaksi kolektif.
Dampak yang sama dialami secara serentak oleh banyak orang yang menimbulkan
tindakan bersama, biasanya tindakan yang tidak teratur atau tidak dilembagakan.
Penyebaran dalam
pembangunan. Penyebaran inovasi yang direncanakan untuk kepentingan
pembangunan jangka panjang.
Distribusi
pengetahuan. Konsistensi aktivitas media dalam lingkup berita dan informasi
bagi pendistribusian pengetahuan di antara berbagai kelompok sosial, kesadaran
peristiwa yang berubah dan prioritas yang ditetapkan pada aspek realitas.
Sosialisasi.
Kontribusi media yang tidak formal terhadap pembelajaran dan penerapan norma,
nilai, peran sosial.
Pengendalian sosial. Mengacu
pada kecenderungan sistematis untuk menyebarkan konformitas terhadap tata
tertib yang diterapkan dan menegaskan keabsahan wewenang yang ada.
Perubahan lembaga.
Hasil adaptasi yang tidak direncanakan oleh lembaga yang ada terhadap
perkembangan dalam media, khususnya yang memengaruhi fungsi komunikasinya.
Penentuan realitas.
Proses yang serupa tetapi berbeda karean lebih berkaitan dengan kognisi
(pengetahuan dan opini) daripada nilai dan tidak timbul dari upaya manipulasi
yang tidak disengaja tetapi dari kecenderungan sistematis dalam media untuk
menyajikan versi realitas yang tidak lengkap dan tidak jelas.
QUAIL
MENAWARKAN EMPAT TEORI YAKNI:
ü Teori Penataan Realitas
Dampak media terjadi secara tidak disadari, sebagai hasil
kecenderungan organisasi, praktik bidang keahlian dan batasan teknis
ü Teori spiral kebisuan
Dikembangkan oleh Neolle-Neumann (1974), yang bertitik tolak
dari asumsi dasar bahwa pada umumnya secara alamiah memiliki rasa takut
terkucil. Dalam pengungkapan opini mereka berusaha menyatu dengan mengikuti
opini mayoritas atau konsensus. Semakin tersebar versi konsensus opini yang
dominan oleh media massa dalam masyarakat semakin senyap pula suara perorangan
yang bertentangan yang meningkatkan dampak media dan juga proses spiral.
ü Teori Pengolahan
Teori menunjukkan tingkat keperkasaan media seperti
ditunjukkan dalam peluru atau teori jarum hipodermik. Dalam era modern yang
serba canggih dengan tingkat intelektualitas masyarakat relatif sangat tinggi
tetapi jika dihadapkan kepada realitas dan ideology televisi hailnya tidak
banyak berubah. Kita cenderung dikendalikan oleh tv bukan kita yang seharusnya mengendalikan
tv.
ü Teori Pengendalian Sosial
Teori berpendapat bahwa tindakan media mendukung nilai-nilai
dominan dalam masyarakat atau bangsa melalui gabungan pilihan pribadi dan
lembaga, tekanan dari luar serta antisipasi tentang apa yang diharapkan dan diinginkan
khalayak yang besar dan heterogen.
BAB 8
DIMENSI SOSIOLOGIS
FUNGSI KONTROL SOSIAL MEDIA MASSA
KONTROL
SOSIAL MEDIA
Kontrol sosial Merupakan salah satu fungsi pers yang sangat
penting terutama di Negara yang menerapkan system pemerintahan yang demokratis.
Kekuatan utama media massa sebagai alat kontrol sosial terletak pada fungsinya
sebagai pengawasan lingkungan. Pelaksanaan fungsi kontrol sosial oleh pers
sebagian besar ditujukan kepada pemerintah dan aparatnya agar selalu membela
masyarakatnya.
v
Kontrol Sosial Preventif
Preventif berarti media massa melakukan
langkah-langkah pencegahan dan antisipatif agar masyarakat tidak menyimpang
dari nilai-nilai dan norma-norma sosial budaya agama yang ada.
v
Kontrol Sosial Represif
Represif berarti media massa memberikan
sanksi terhadap anggota masyarakat yang di yakini melanggar nilai-nilai dan
norma sosial budaya agama yang berlaku.
Dalam Bahasa sosiologi, kontrol sosial yang dilakukan
sebelum terjadinya pelanggaran atau dalam versi “mengancamkan sanksi” di sebut
kontrol sosial yang bersifat preventif.
Sedangkan kontrol sosial yang di lakukan setelah terjadi pelanggaran
dengan maksud hendak memulihkan keadaan agar bisa berjalan seperti semula
disebut kontrol sosial yang bersifat represif.
Terdapat dua masalah pokok yang
erat kaitannya dalam masalah kontrol sosial: konformitas dan deviasi.
Konformitas adalah penyesuaian diri dengan
masyarakat dengan mengikuti norma-norma yang berlaku.
Deviasi adalah penyimpangan dari
kaidah-kaidah dan nilai-nilai dalam masyarakat.
FAKTOR
PENYEBAB PELANGGARAN NORMA SOSIAL
·
Kaidah tidak memuaskan bagi pihak tertentu atau
karena tidak memenuhi kebutuhan dasarnya.
·
Kaidah kurang jelas perumusannya sehingga
menimbulkan aneka penafsiran dan penerapan.
·
Dalam masyarakat terjadi konflik antara
peranan-peranan yang dipegang masyarakat.
·
Tidak mungkin mengatur kepentingan masyarakat
secara merata
JENIS SANKSI
DALAM KONTROL SOSIAL
o
Sanksi bersifat fisik (anggota tubuh seperti
dicambuk, dirajam, digantung dan disiksa)
o
Sanksi bersifat psikologis (pemberian hukuman
bersifat kejiwaan, dipermalukan, dikucilkan, dihina)
o
Sanksi bersifat ekonomik (penghilangan harta
benda/kekayaan, penyitaan bangunan)
JENIS
KONFORMITAS DALAM KONTROL SOSIAL
Untuk mengusahakan terjadinya konformitas, kontrol sosial
dapat dilaksanakan dengan menggunakan insentif positif. Insentif adalah
dorongan positif yang akan membantu individu untuk segera meninggalkan
pekerti-pekertinya yang salah atau menyimpang.
v
Insentif bersifat fisik (jabatan tangan,
pelukan, ciuman dan lain-lain)
v
Insentif bersifat psikologis (penghargaan,
dipuji, sanjungan)
v
Insentif bersifat ekonomik (pekerjaan, uang,
hadiah, jabatan)
JENIS
DEVIASI DALAM KONTROL SOSIAL
v
Tindakan nonkonformitas, perilaku yang tidak
sesuai atau bertentangan dengan nilai-nilai atau norma sosial yang ada dalam
suatu masyarakat. Seperti meludah di kantor, merokok di kendaraan, membuang
sampah ke tepi jalan, mencoret-coret, menyontek dan yang lainnya yang dianggap
sebagai penyimpangan kecil.
v
Tindakan anti sosial/asosial, perbuatan yang
dapat dikategorikan melawan kebiasaan masyarakat dan kepentingan umum. Seperti
menjadi pelaku dan membuka praktik prostitusi, melakukan penyimpangan seksual,
mengosumsi narkoba, mengurung diri dan tidak mau bergaul dengan masyarakat
lain.
v
Tindakan kriminal, tindakan yang nyata-nyata
telah melanggar aturan-aturan hukum tertulis dan mengancam jiwa atau
keselamatan orang lain. Seperti pencurian, perampokan, pembunuhan, korupsi,
perkosaan, dan lain sebagainya.
TEORI
DEVIASI PERSPEKTIF SOSIOLOGI KOMUNIKASI MASSA
·
Teori Anomie
Teori ini berasumsi bahwa
penyimpangan adalah akibat dari adanya berbagai ketegangan dalam suatu struktur
sosial sehingga ada individu-individu yang mengalami tekanan dan akhirnya
menjadi menyimpang.
·
Teori belajar
Penyimpangan perilaku yang
dilakukan seseorang atau kelompok tidaklah datang tiba-tiba melainkan hasil
dari proses belajar
·
Teori labeling
·
Teori kontrol
·
Teori konflik
Dalam analisis sosiologi komunikasi massa,
konflik paling tidak dapat dilihat dari dua perspektif: redaksional dan
komersial. Perspektif redaksional, media memiliki tanggung jawab sosial serta
etika profesional untuk mengecikan bahkan memadamkan konflik, bukan membakar
atau membesarkan konflik. Perspektif komersial, menegaskan komitmen sekaligus
orientasi media massa dalam mencari keuntungan.
BAB 9
TEKNOLOGI INFORMASI, CYBERSPACE, DAN HIPER-REALITAS MEDIA
Tekhnologi informasi adalah segala bentuk
tekhnologi yang diterapkan untuk memproses dan nmengirimkan informasi dalam
bentuk elektronis. Lahirnya era komunikasi interaktif ditandai dengan
terjadinya diversifikasi teknologi informasi, yaitu bergabungnya telepon,
radio, computer dan televise menjadi satu dan menandai teknologi yang disebut
dengan internet.
Dalam internet kita menemukan cyberspace
(dunia maya) dan cybercommunity (masyarakat maya). Pada awalnya masyarakat maya
merupakan sebuah fantasi manusia tentang dunia lain yang lebih maju
dibandingkan dengan dunia saat ini. Fantasi adalah sebuah hiper-realitas
manusia tentang nilai, citra dan makna kehidupan manusia sebagai lambang dari
pembebasan terhadap kekuasaan materi dan alam semesta.
·
Proses
Sosial dan Interaksi Sosial, dalam dunia maya sebagai masyarakat maya
·
Kelompok
Sosial Maya, terdiri dari dua model yaitu kelompok intra : keanggotaan seseorang dalam unit-unit kelompok
intra yang berpusat pada server tertentu, kelompok ini biasa disebut intranet. Kelompok inter: sambungan server to
server melalui system internet dengan menggunakan teknologi satelit disebut
internet.
·
Kebudayaan
dan Masyarakat Maya
·
Pranata
dan Kontrol Masyarakat Maya, membangun kebutuhan masyarakat maya tanpa
saling merugikan.
·
Stratifikasi
Sosial dan Kekuasaan, pembentukan stratifikasi masyarakat maya
ditentukan pada seberapa besar kepemilikan jaringan dan informasi yang dapat
diakses darinya.
·
Perubahan
Sosial Masyarakat Maya
Masyarakat maya menggunakan seluruh metode kehidupan
masyarakat nyata sebagai model yang dikembangkan dalam segi-segi kehidupan
masyarakat maya. Hiper-realitas media menciptakan satu kondisi sedemikian
canggih sehingga didalam kesemuanya dianggap lebih nyata daripada kenyataan,
kepalsuan dianggap lebih benar daripada kebenaran, isu lebih dipercaya
dibandingkan dengan informasi, rumor dianggap lebih benar dibandingkan dengan
kebenaran. Hiper-realitas media tidak terlepas dari perkembangan tekhnologi
media yang disebut dengan tekhnologi simulasi.
HIPER-REALITAS
MEDIA DAN DAMPAK SOSIOLOGIS
Dalam konteks media, simulasi adalah penciptaan realitas
media yang tidak lagi mengacu pada realitas di dunia nyata sebagai referensinya
sehingga ia menjadi semacam realitas kedua yang referensinya adalah dirinya
sendiri yang disebut simulacrum.
Dampak sosiokoltural hiper-realitas media yang ditunjukkan
Piliang.
§
Disinformasi
§
Depolitisasi, tidak memiliki kedaulatan dan
pilihan untuk bersikap, bertindak dan mengambil keputusan mengenai posisi serta
eksistensi dirinya dan orang lain dalam suatu kelompok atau komunitas di ruang
publik.
§
Banalitas informasi, informasi yang bersifat
remeh temeh dan berkadar “limbah serta sampah”, justru dijadikan komoditas,
disiarkan, ditayangkan berulang-ulang, dikemas dalam aneka acara yang
kadang-kadang dikesankan intelektual, berwibawa, bermartabat dan berkelas.
§
Fatalitas informasi, kecenderungan pembiakan
informasi kearah titik ekstrem, yakni kearah melampaui nilai guna, fungsi dan
maknanya, yang mengiring kearah bencana (catastrophe), berupa kehancuran system
komunikasi (bermakna) itu sendiri.
§
Skizoprenia, menurut definisi Jacques Lacan
adalah putusnya rantai pertandaan, yaitu rangkaian sintagmatis penanda yang
bertautan dan membentuk satu ungkapan atau makna. Penanda (signifier), petanda
(signified).
§
Hipermoralitas, penunjukkan dan prilaku moral
yang melampaui batas-batas kepatutan, kewajaran dan konvensi, dan kesepakatan
sosial.
DIHIFER-REALITAS
MEDIA DAN ALTERNATIF SOLUSI
Hiper-realitas media dapat menciptakan image seorang
penjahat (koruptor, penjarah Negara, pembunuh rakyat) sebagai seorang pahlawan.
Sebaliknya image seorang pejuang demokratis sebagai sisa-sisa komunisme.
§
Dehifer-realitas Media, menurut Piliang kondisi
ini yaitu pengendalian ekstremitas komunikasi dan informasi melalui regulasi
sampai pada sebuah batas yang di dalamnya informasidapat diinterpretasikan dan
dicerna oleh masyarakat secara logis dan bermakna.
§
Civic Education, menunjuk kepada pengertian,
istilah, definisi, atau praktik pendidikan kewarganegaraan. Civic education
mengajarkan anak didiknya untuk mencintai negaranya dalam bentuk kesadaran,
kepedulian, dan warga yang taat hukum dan cinta tanah air.
§
Counter Media, merupakan media-media public (tv,
radio dan Koran public) yang tumbuh dari public, diawasi oleh public, dan mampu
memperjuangkan kepentingan-kepentingan public yang sangat beraneka ragam
(keadilan, kesejahteraan, kesetaraan dan kebebasan).
§
Media watch, lembaga-lembaga pemantau media oleh
kalangan elit terpelajar, dan kaum intelektual.
§
Media Literacy, literasi adalah kemampuan
seorang individu untuk membaca dan menulis yang ditandai dengan kemampuan memahami
pernyataan singkat yang ada hubungannya dengan kehidupan. Dalam konteks
hiper-realitas literasi media diarahkan untuk membangun gerakan kesadaran
kultural dan gerakan intelektual bersama mengenai pentingnya menyikapi arus
informasi media agar lebih bermanfaat bagi kelangsungan kehidupan dan
kebudayaan.
§
Komunikasi keluarga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar